Kejadian Kedua di Tahun 2015 Pelajar Tenggarong Tewas di Kolam Eks Tambang Petugas mengevakuasi jasad Muliadi yang tenggelam di kolam eks tambang di Loa Ipuh Darat, Tenggarong, Rabu (16/12) kemarin Photo: Ambar
Petugas SAR dari BPBD Kukar ketika melakukan penyelaman untuk mencari korban Photo: Dok. BPBD Kukar
|
KutaiKartanegara.com - 17/12/2015 08:31 WITA
Seorang pelajar SMK Geologi Pertambangan Tenggarong bernama Muliadi (15) ditemukan tewas setelah tenggelam di salah satu kolam eks tambang batubara di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Tenggarong, Rabu (16/12) siang.
Muliadi menjadi korban kedua yang tewas di kolam eks tambang di wilayah Kutai Kartanegara (Kukar) sepanjang tahun 2015 ini. Empat bulan lalu, tepatnya pada bulan Agustus lalu, seorang remaja bernama Sanofa M Rian Gunawan (14) juga ditemukan tewas saat berenang bersama rekan-rekannya di kolam eks tambang di Sebulu.
Menurut Kepala BPBD Kukar H Darmansyah, Muliadi merupakan warga Jalan Ki Hajar Dewantara, Kelurahan Panji. "Dan kebetulan siswa SMPN 1 Tenggarong yang tewas tenggelam di kolam eks tambang di Sebulu beberapa waktu lalu juga warga Jalan Ki Hajar Dewantara," ujarnya.
Ditambahkan Darmansyah, begitu mendapat laporan adanya remaja tenggelam di kolam eks tambang di KM 14 jalan poros Tenggarong-Kota Bangun, pihaknya langsung mengerahkan petugas SAR ke lokasi kejadian.
"Infonya korban tenggelam sekitar jam 11.30 WITA ketika sedang bermain bersama teman-temannya di kolam tambang eks tambang milik PT MHU. Setelah dilakukan pencarian dengan cara penyelaman oleh petugas, korban akhirnya dapat ditemukan sekitar pukul 15.30 WITA dan dievakuasi ke RSUD AM Parikesit untuk divisum," ujarnya.
Sementara Kapolres Kukar AKBP Handoko melalui Kapolsek Tenggarong MD Djauhari mengungkapkan, kejadian ini bermula ketika korban bersama 7 orang rekannya hendak membuat sebuah film dokumenter yang merupakan tugas dari sekolahnya. Para pelajar tersebut memilih lokasi di kolam eks tambang di Loa Ipuh Darat.
"Mereka tiba di TKP sekitar jam 11.10 WITA. Semula ada 3 orang rekannya yang mandi di kolam itu. Tidak lama, korban ikut meloncat ke dalam kolam. Namun korban tidak muncul-muncul ke permukaan. Teman-teman korban berusaha mencarinya tetapi tidak diketemukan. Mereka kemudian minta tolong ke warga sekitar," ujarnya.
Salah seorang rekan korban berinisial RA (16) mengakui ada sedikit kejanggalan pada perilaku korban sebelum kejadian. "Biasanya dia suka bercanda. Tapi saat itu dia tidak banyak bicara. Dia seperti orang bingung dan wajahnya juga pucat. Awalnya kami bertujuh nggak ngajak dia, tapi dia memaksa untuk ikut. Dia juga membelikan bensin untuk motor teman kami," kata siswi kelas 2 SMK Geologi Pertambangan itu.
Rekan korban lainnya yakni MF (15) mengaku sempat melihat korban sedang berdiri di tepi kolam tersebut. "Waktu itu saya masih di pondok mau buka baju. Ketika saya berbalik, tiba-tiba dia sudah tidak ada lagi. Teman-teman yang lain juga tidak melihat dia terjun ke kolam. Kami juga tidak mendengar suara dia terjun ke air. Yang terlihat cuma buih-buih," ujarnya.
Mengetahui temannya menghilang di air, lanjut MF, dua rekannya langsung meminta pertolongan kepada warga setempat. "Sedangkan saya sempat mencoba mencari di dalam air. Karena kolamnya dalam sekali, saya tidak berani dan langsung naik ke tepi danau," ungkapnya.
Tewasnya Muliadi membuat kedua orangtua korban terpukul. Galib, ayah korban, merasa masih tak percaya anaknya kini sudah tiada. "Saya tahunya dia berangkat ke sekolah. Tidak ada hal aneh yang dilakukannya. Rasanya saya masih belum percaya saja dia sudah tidak ada," ujarnya. (win)
|