Puncak Pelaksanaan Erau 2022 Ditandai Dengan Mengulur Naga dan Belimbur Dua replika Naga Erau saat diberangkatkan dari Tenggarong menuju Kutai Lama Photo: Agri
KutaiKartanegara.com - 02/10/2022 14:13 WITA
Prosesi Mengulur Naga dan siram-siraman Belimbur menjadi puncak pelaksanaan pesta adat Erau 2022 yang digelar Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura di Tenggarong, Minggu (02/10/2022) siang.
Upacara adat Mengulur Naga ini diawali dengan pelepasan sepasang replika naga dari depan Museum Mulawarman, Tenggarong. Kedua naga tersebut dibawa ke Kutai Lama dengan menggunakan kapal motor untuk dilarungkan di perairan sungai Mahakam di kawasan ibu kota pertama Kerajaan Kutai Kartanegara itu.
Prosesi Mengulur Naga ke Kutai Lama ini dipimpin H Adji Pangeran Hario Surya yang merupakan adik kandung Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura, H Adji Muhammad Arifin.
Tampak hadir pada prosesi ini di antaranya adalah Sultan H Adji Muhammad Arifin, Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Edi Damansyah, Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin, para pejabat Forkopimda Kukar, kerabat Kesultanan Kutai dan undangan lainnya.
Bupati Kukar Edi Damansyah dalam sambutannya berharap agar prosesi Mengulur Naga dan Belimbur dapat terlaksana dengan lancar, aman, dan tertib, sembari melestarikan budaya Kutai yang diadatkan.
Ritual Belimbur pada pelaksanaan Erau menjadi tradisi yang dinanti-nanti masyarakat Photo: Agri
"Belimbur ialah proses upacara adat yang dilakukan untuk menyucikan diri Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dari pengaruh jahat. Makna sakral dari puncak pelaksanaan Erau ini ialah agar Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dan orang-orang di sekitarnya, serta rakyat secara umum mendapatkan keberkahan, keselamatan, dan terhindar dari malapetaka," ujarnya.
Ditambahkan Edi Damansyah, Erau sebagai festival rakyat adalah bukti kekayaan dan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat Kukar secara khusus, dan bangsa Indonesia secara umum. "Erau merepresentasikan identitas bangsa Indonesia melalui kearifan lokal masyarakat Kukar," imbuhnya.
Seiring dengan diberangkatkannya Naga ke Kutai Lama, air tuli yang diambil dari Kutai Lama kemudian tiba di Tenggarong untuk digunakan para prosesi Belimbur.
Sultan H Adji Muhammad Arifin kemudian memercikkan air tuli dengan menggunakan mayang. Dengan dipercikkannya air tuli tersebut, maka ritual Belimbur pun secara resmi dimulai. Adat siram-siraman air ini disambut antusias ribuan warga di sepanjang jalan utama di kota Tenggarong. (win)
|