Penanganan Sampah di Muara Badak Libatkan Kontraktor dan Masyarakat
Petugas sedang mengangkut sampah dari TPS Badak Baru yang selanjutnya dibawa ke TPA Samberah Photo: Bastian
|
KutaiKartanegara.com - 31/03/2006 13:14 WITA
Pengangkutan sampah di ibukota Kecamatan Muara Badak sudah 2 bulan ini dikelola Yayasan Peduli Muara Badak. Dengan menggunakan sebuah truk sampah bantuan VICO Indonesia, pengangkutan sampah dari TPS Badak Baru secara rutin dilakukan 2 kali seminggu yakni setiap Senin dan Kamis untuk selanjutnya diangkut ke TPA Samberah yang berjarak sekitar 10 km dari Desa Badak Baru.
Menurut Sekretaris Camat (Sekcam) Muara Badak, H Zainal Abidin, truk sampah tersebut pada awalnya diserahkan BPMIGAS-VICO Indonesia kepada Pemerintah Kecamatan Muara Badak. Namun karena tidak ada dana operasional, mobil tersebut tidak dapat dioperasikan.
Diakuinya, dana operasional untuk pengelolaan sampah dari pemerintah memang tidak ada karena baru diusulkan di buku putih dan prosesnya memakan waktu yang cukup lama.
"Akhirnya pada awal Februari lalu pengoperasian dan pengangkutan sampah diserahkan kepada Yayasan Peduli Muara Badak. Dan saat ini keberadaan sampah tidak lagi menumpuk selama truk sampah tersebut dikelola oleh yayasan sebagai mitra Pemerintah Kecamatan Muara Badak," ujar Zainal Abidin ketika ditemui di kantornya kemarin.
Sementara untuk menanggulangi biaya operasional pengangkutan sampah per bulan yang cukup besar, lanjut Zainal Abidin, pihaknya meminta bantuan kepada kontraktor yang beroperasi di Muara Badak untuk turut berpartisipasi.
Truk sampah yang kini dioperasikan Yayasan Peduli Muara Badak merupakan bantuan BPMIGAS-Vico Indonesia kepada Kecamatan Muara Badak Photo: Bastian | | |
"Kami telah mengundang seluruh kontraktor yang ada di Muara Badak untuk membahas masalah biaya pengangkutan sampah ini, namun yang bersedia membantu baru 14 kontraktor dan berhasil terhimpun dana sekitar Rp 4 juta," katanya.
Adapun 14 kontraktor yang sudah membantu tersebut adalah PT Sucofindo, Halliburton, Schlumberger, PT Kojo, PT Dwi Utama, PT Karina, Welltekindo, Sarjo Indah, Simasco, Bhaswara Sinar, Inti Jatam Pura, Universal Compression, Berkat Terang Abadi dan PT Nova.
"Sebenarnya ada 45 kontraktor yang beroperasi disini namun kebanyakan alamatnya tidak jelas, ada yang berlamat di Balikpapan dan Samarinda. Sementara yang punya kantor perwakilan di Muara Badak hanya segelintir saja," imbuh Zainal Abidin.
Yang mengesalkan, kata Zainal, ada kontraktor yang baru disodori undangan sudah menolak dengan alasan tidak ada pimpinan. "Kalau untuk menerima undangan saja tidak mau bagaimana bisa diharapkan memberikan kontribusinya," tandasnya.
Padahal, lanjut Zainal, kontraktor yang diundang tersebut adalah perusahaan berskala BUK (Bukan Usaha Kecil) dan bantuan yang diminta pihaknya hanya berkisar antara Rp 300–500 ribu untuk tiap perusahaan per bulan. "Selama ini mereka sudah banyak mengambil keuntungan dari Muara Badak, masa diminta partisipasi untuk hasil nyata seperti ini tidak mau," keluhnya.
Sekretaris Camat Muara Badak H Zainal Abidin Photo: Bastian | | |
Dikatakan Zainal, pihak Kecamatan juga telah memiliki data kontraktor yang beroperasi di Muara Badak namun belum melaporkan keberadaannya kepada pemerintah setempat atau yang tidak memiliki perwakilan di Muara Badak. "Kami akan laporkan kepada Bupati Kukar dalam waktu dekat," tegasnya.
Mengenai bantuan yang diterima pihak yayasan, Sekcam Zainal Abidin meminta agar membuat laporan setiap bulan yang diketahui Camat dan disampaikan kepada para kontraktor yang sudah berpatisipasi. "Agar kontraktor tidak alergi terhadap sumbangan, pihak yayasan harus transparan untuk menciptakan citra positif demi kemajuan Muara Badak," demikian katanya.
Semantara Ketua Yayasan Peduli Muara Badak Syafruddin mengatakan, selama ini biaya operasional pengelolaan sampah mereka peroleh secara swadaya masyarakat yang peduli dengan kebersihan kota Muara Badak.
"Yang pasti biaya opersional setiap bulan yayasan sedikitnya sekitar Rp 3 juta. Dana tersebut untuk gaji sopir Rp 1 juta, 2 orang kenek pengangkut sampah Rp 1,8 juta, solar Rp 125 ribu atau 25 liter per hari dikali 8. Dana tersebut belum termasuk biaya perawatan kendaraan dan penggantian onderdil," ujar pemuda yang akrab disapa udin ini.
Dikatakan Udin, selama ini wilayah operasi pengangkutan sampah baru di sekitar Desa Badak Baru karena di daerah tersebut paling banyak produksi sampahnya. "Kedepan kami akan meningkatkan pelayanan menjadi 3 kali seminggu sampai nantinya menjadi setiap hari dengan cakupan wilayah yang lebih luas. "Karena kami ingin Muaara Badak bebas dari tumpukan sampah. Tapi semua itu tergantung dari biaya operasional juga," pungkasnya. (bas)
|