Sempat Viral di Dunia Maya, Keluarga Pemulung Sampah di Anggana Itu Ternyata Warga Samarinda Di kawasan Delta Mahakam yang terpencil inilah warga Samarinda, Burhanuddin dan keluarganya tinggal untuk mencari nafkah Photo: Agri
KutaiKartanegara.com - 01/02/2019 16:25 WITA
Kisah keluarga Burhanuddin (43) yang menghuni salah satu pulau kecil atau delta di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), mendadak ramai diperbincangkan warganet setelah diberitakan media nasional.
Banyak warganet yang prihatin dan bersimpati lantaran Burhanuddin dikabarkan hanya berpenghasilan Rp 200 ribu per bulan sebagai pemulung sampah hanyut di sungai.
Apalagi dia harus menafkahi istri dan tiga orang putrinya, Siti Azizah (11), Siti Aisyah (9) dan Siti Albayah (4). Bahkan dua putri yang sudah masuk usia sekolah tak pernah mengecap pendidikan dasar dikarenakan alasan ekonomi.
Pemkab Kukar, khususnya Pemerintah Kecamatan Anggana, pun dituding abai karena tidak memberikan perhatian kepada warganya yang tinggal di kawasan hutan bakau Delta Mahakam itu.
Inilah pondok yang tempat tinggal Burhanuddin bersama istri dan ketiga anaknya Photo: Agri
Namun sejumlah fakta baru akhirnya terungkap setelah tim dari Pemerintah Kecamatan Anggana turun langsung ke lapangan. Keluarga Burhanuddin ternyata adalah warga Samarinda yang memilih mencari nafkah di Anggana.
"Setelah tim kita turun ke lapangan, ternyata mereka adalah warga Samarinda yang hanya tinggal secara non permanen di sini. Dari KTP dan Kartu Keluarganya, mereka masih tercatat sebagai warga Jalan Lumba-Lumba RT 7 Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir," kata Camat Anggana Hj Norhairi, Kamis (31/01) siang.
Menurut Norhairi, keluarga Burhanuddin tak terdata sebagai warga Kecamatan Anggana lantaran tak pernah melapor ke RT atau pihak desa setempat, dalam hal ini desa Kutai Lama. "Untuk pendatang yang hanya mencari nafkah disini, mereka tidak boleh diberikan surat domisili. Berdasarkan Permendagri No 14 Tahun 2015, mereka hanya bisa surat keterangan penduduk non permanen," ungkapnya.
Kendati demikian, Norhairi tetap memberikan perhatian terhadap permasalahan keluarga Burhanuddin. "Kami akan melakukan pertemuan dengan mengundang dinas instansi terkait untuk membahas permasalahan tersebut. Seperti Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, serta Dinas Pendidikan karena ada anak-anak mereka yang belum sekolah," ujarnya.
Burhanuddin saat mendengarkan arahan dari Kasi Kesra Kecamatan Anggana Dedy Wahyudiansyah Photo: Agri
Sementara dikatakan Kasi Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Anggana, Dedy Wahyudiansyah, pihaknya telah langsung turun ke lapangan untuk menemui keluarga Burhanuddin didampingi pihak Satuan Polair Polres Kukar selaku pihak yang pertama kali menyambangi keluarga tersebut.
"Kami langsung mendatangi tempat tinggal mereka yang untuk melakukan identifikasi. Selain mereka adalah warga Samarinda, ternyata keluarga Burhanuddin tinggal di Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) yang sebenarnya tidak diperbolehkan mendirikan bangunan. Di sana ada 3 bangunan rumah yang mereka bangun. Satu ditempati ibu dan saudaranya, serta keluarga Burhanuddin. Dari informasi Burhanuddin, ibunya masih sering bolak balik tinggal di Samarinda dan Anggana" ujarnya.
Penghasilan Rp 200 Ribu Per Dua Hari
Terpisah, Burhanuddin mengaku telah tinggal di kawasan tersebut sekitar 17 tahun lalu. Pria "Kalau orangtua saya sudah 22 tahun tinggal disini. Dulu tempatnya di bagian dalam, bukan di pinggir sungai," jelasnya.
Burhanuddin mengklaim jika keluarga mereka telah tinggal di kawasan tersebut sejak lama. "Nenek saya sudah tinggal disini sejak zaman Belanda," ujarnya lagi.
Terkait penghasilannya dari memulung sampah, Burhanuddin mengklarifikasi jika pendapatannya dari memulung sampah di sungai adalah sekitar Rp 200 ribu per dua hari, bukan Rp 200 ribu per bulan seperti yang diberitakan sebelumnya. "Pendapatan saya sekitar Rp 200 ribu selama dua hari. Kadang juga tak menentu. Saya menjual sampah di Samarinda, bukan di Anggana, karena harganya lebih bagus di Samarinda," terangnya.

Selain memulung sampah, lanjut Burhanuddin, mereka juga menjual kayu kepada warga. "Tapi saya sudah tidak kuat lagi untuk angkat-angkat. Jadi saudara saya yang bantu-bantu," ujarnya. (win)
|