Penobatan Sultan Kutai ke-21 Diiringi Tiga Suara Ledakan Sultan Kutai H Adji Muhammad Arifin mengangkat keris Burit Kang usai mengucapkan sumpah Photo: Agri
Sultan HAM Arifin duduk di singgasana usai dinobatkan sebagai Sultan Kutai ke-21 Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 16/12/2018 15:09 WITA
Putra Mahkota H Adji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat resmi menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan nama Sultan H Adji Muhammad Arifin.
Penobatan Sultan HAM Arifin sebagai Sultan Kutai ke-21 ini berlangsung khidmat di ruang setinggil Keraton Kutai Kartanegara atau Museum Mulawarman, Tenggarong, Sabtu (15/12) pagi.
Upacara penobatan Sultan Kutai diawali dengan upacara adat Mendirikan Ayu oleh 4 orang, yang terdiri 3 orang kerabat Keraton dan Camat Tenggarong Janhariansyah selaku perwakilan masyarakat.
Ritual Mendirikan Ayu mengawali dimulainya proses penabalan Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura HAM Arifin Photo: Agri
Usai ritual Mendirikan Ayu, prosesi penabalan atau penobatan Sultan Kutai pun dimulai. Diiringi bunyi gamelan, Putra Mahkota yang mengenakan pakaian kebesaran dan pedang emas di pinggang kemudian memasuki ruangan setinggil.
Turut mengiringi di belakang Putra Mahkota adalah 4 orang Pangeran, dan 4 wanita kerabat Kesultanan Kutai yang membawa 4 baki.
Satu baki kosong untuk meletakkan Setorong atau topi yang dikenakan Putra Mahkota, kemudian 1 baki untuk membawa Kalung Uncal, 1 baki untuk membawa Ketopong atau mahkota, dan 1 baki untuk membawa keris Burit Kang.
Setelah dilakukan pembacaan keputusan Dewan Tata Adat Kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang dibacakan Adji Pangeran Gondo Pranoto, HAM Arifin kemudian melepaskan Setorong dari kepalanya, lalu memasang kalung uncal di lehernya.
Kemudian, dengan berhati-hati HAM Arifin memasang Ketopong seberat kurang lebih 1,2 kg itu ke kepalanya. Benda pusaka Kesultanan Kutai yang terbuat dari emas itu merupakan mahkota asli yang dipinjam dari Museum Nasional untuk prosesi penabalan Sultan Kutai, bersama pedang emas yang dipasang di pinggang HAM Arifin.
Usai melepas Setorong dan memasang kalung Uncal, HAM Arifin memasang Ketopong atau Mahkota di kepalanya Photo: Agri
Setelah itu, HAM Arifin mengambil keris Burit Kang dan menobatkan dirinya sebagai Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura ke-21, menggantikan ayahandanya Sultan HAM Salehoeddin II yang telah wafat pada 5 Agustus 2018 lalu.
HAM Arifin kemudian mengucapkan sumpah di hadapan ratusan hadirin, termasuk Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, Wagub Kaltim Hadi Mulyadi, mantan Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak, Ketua DPRD Kaltim HM Syahrun, Plt Bupati Kukar Edi Damansyah, sejumlah Raja/Sultan dari berbagai daerah, serta kerabat Kesultanan Kutai.
Saat Sultan HAM Arifin mengakhiri sumpah dan mengucapkan salam sambil mengangkat keris Burit Kang, bunyi menggelegar dari suara ledakan yang disiapkan di dermaga depan Museum Mulawarman seketika memecah keheningan.
Ada tiga suara ledakan yang terdengar pada prosesi penabalan Sultan Kutai ke-21 ini. Yakni usai Sultan Kutai HAM Arifin menyebutkan Salam Langit, Salam Tanah, dan Salam Air.
Usai dilakukan pengucapan sumpah, sejumlah saksi melakukan penandatanganan berita acara penobatan Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura ke-21. Di antaranya adalah Sultan Palembang Darussalam Iskandar Mahmud Badaruddin, Sultan Gunung Tabur H Adji Bachrul Hadie, Gubernur Kaltim Isran Noor, dan Plt Bupati Kukar Edi Damansyah.
Sultan HAM Arifin lahir di Wassenaar, Belanda, pada 9 Februari 1951 dengan nama asli Adji Muhammad Arifin Praboe. Pensiunan PNS Pemkab Kukar ini memiliki satu orang istri bernama Hj Sulastri, dan dikaruniai 3 orang putri dan 6 orang cucu. (win)
|