Wow, Mahasiswa Asing Ini Bisa Menari Jepen Hingga Main Sampek Penampilan para mahasiswa BSBI yang membawakan kesenian daerah Kutai dan Dayak mendapat apresiasi yang tinggi dari para penonton Photo: Agri
Mahasiswi asal Serbia, Nevena Bogicevic, kini mahir memainkan sampek setelah belajar selama kurang lebih 2 bulan Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 01/07/2018 23:30 WITA
Denting dawai sampek mengalun syahdu malam itu. Ratusan pasang mata yang hadir di gedung Puteri Karang Melenu pun terkesima dan terkagum-kagum.
Pasalnya, alunan alat musik petik khas suku Dayak itu dimainkan oleh seorang gadis cantik berambut pirang asal Eropa Timur. Nevena Bogicevic, demikian namanya. Masih muda, usia 22 tahun.
"Saya sangat senang mendengar alunan musik sampek. Jadi saya sangat tertarik untuk mempelajarinya. Padahal saya sendiri sebenarnya tidak pernah bermain gitar," kata Nevena.
Nevena merupakan mahasiswi asal Serbia yang selama 3 bulan terakhir mempelajari seni budaya di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) lewat program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) 2018 yang digagas Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia.
Dia tidak sendiri. Bersama 11 mahasiswa lainnya, mereka tinggal di Tenggarong untuk belajar kesenian daerah, khususnya Kutai dan Dayak.
Mereka adalah Carolina Priego Sanchez (Spanyol), Roussoss Kasiotakis (Yunani), Chihiro Kobayashi (Jepang), Tahni Atariin (Kiribati), Ye Min Htun (Myanmar), Aldren Alferez (Filipina), dan Timoci Mataitoga (Fiji).
Kemudian Boston Naralyev (Kyrgistan), Amkha Innila (Laos), lalu ada seorang gadis asal Suriname berdarah Jawa, Felicia Jeanine Soekartini Somoredjo, serta seorang mahasiswi asal Jakarta,
Widi Kusumawaedgani.
Suguhan tari Datun Bangun Tawai yang dibawakan para peserta BSBI di Kukar Photo: Agri
Dan setelah hampir 3 bulan mempelajari kesenian daerah yang tumbuh dan berkembang di Kukar, mereka pun tampil lewat sebuah pagelaran seni bertajuk The Colours of Beautiful Indonesia yang berlangsung di gedung PKM Tenggarong Seberang, Senin (25/06) malam.
Selain Nevena yang memainkan sampek bersama Roussoss Kasiotakis dari Yunani, ada pula mahasiswi asal Jepang, Chihiro Kobayashi, yang piawai memetik dawai gambus untuk memainkan musik tingkilan.
Bahkan Aldren dari Filipina dan Felicia dari Suriname secara fasih mampu melantunkan Tarsul, yakni salah satu seni sastra lisan khas daerah Kutai.
Penonton pun bersorak dan bertepuk tangan ketika para mahasiswa asing tersebut sempat melakukan dialog dalam bahasa Kutai sebelum menyuguhkan kesenian daerah Kutai itu.
Para mahasiswa peserta BSBI 2018 ini juga tampil membawakan tarian suku Dayak Kenyah yakni tari Datun Bangun Tawai, serta tari Jepen Etam Begenjoh.
Mahasiswa asal Filipina, Aldren Alferez, tampil membawakan Tarsul Photo: Agri
Kepala Dinas Pariwisata Kukar Sri Wahyuni memberikan apresiasi yang tinggi kepada para mahasiswa program BSBI di Kukar. "Penampilan mereka luar biasa dan bikin merinding," ujarnya.
Menurut Sri, penampilan para mahasiswa BSBI tersebut membuktikan bahwa seni budaya daerah masih bisa dipelajari dan bisa dilestarikan. "Bahkan ada peserta yang membawa busana dan alat musik tradisional ke negaranya untuk bisa dipelajari," ujarnya.
Sri pun berharap agar program BSBI yang digagas Kemenlu RI bekerjasama dengan Yayasan Gubang selaku mitra kerja Kemenlu bisa kembali berlanjut di Kukar pada tahun-tahun selanjutnya.
Sementara dikatakan pimpinan Yayasan Gubang, Hariyansa, program BSBI merupakan program dari Kemenlu RI dalam rangka meningkatkan kerjasama regional dan promosi budaya, khususnya dalam menciptakan para sahabat Indonesia di luar negeri.
"BSBI tahun ini digelar sejak 1 April di 6 daerah yakni di Padang, Yogyakarta, Makassar, Bali, Banyuwangi dan Kutai Kartanegara. Tahun 2018 menjadi tahun ke 16 program ini berlangsung, dan menjadi tahun pertama bagi Kukar dan Yayasan Gubang sebagai mitra kerja Kemenlu," katanya. (win)
|