Sambut Hari Raya Nyepi, Umat Hindu di Tenggarong Arak Ogoh-Ogoh Pawai ogoh-ogoh yang digelar PHDI Kukar mendapat perhatian antusias warga Tenggarong, Jum'at (16/03) malam Photo: Agri
Pawai ogoh-ogoh menyambut perayaan Nyepi di Tenggarong berlangsung sederhana namun cukup meriah Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 16/03/2018 23:44 WITA
Sehari jelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940, umat Hindu Dharma di kota Tenggarong menggelar pawai ogoh-ogoh di jalan sekitar kawasan Pura Payogan Agung, Tenggarong, Jum'at (16/03) malam.
Ada 3 patung ogoh-ogoh yang diarak. Dua berukuran besar diarak sejumlah remaja pria, kemudian 1 ogoh-ogoh ukuran kecil diarak beberapa orang anak-anak.
Dengan diiringi tetabuhan dan gamelan khas Bali, tak pelak membuat pawai ogoh-ogoh ini mendapat perhatian antusias dari masyarakat sekitar, serta para pengendara yang melintas.
Dengan membawa obor, para mahasiswi ISBI Kaltim ikut terlibat dalam arak-arakan ogoh-ogoh Photo: Agri
Pawai ogoh-ogoh yang digelar mulai pukul 20.00 WITA ini menempuh rute dari Pura Payogan Agung menuju Jalan Sangkulirang, kemudian melewati Jalan Loa Ipuh, lalu masuk ke jalan perumahan Loa Ipuh Permai, hingga kembali ke pura.
Usai diarak keliling, patung ogoh-ogoh yang menggambarkan sosok Bhuta Kala ini dibakar di halaman Pura Payogan Agung. "Ogoh-ogoh ini menggambarkan keburukan, sehingga harus dibakar agar terjadi kebaikan," ujar Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Kutai Kartanegara, I Nyoman Surada.
Ditambahkan Nyoman, pelaksanaan pawai ogoh-ogoh di Tenggarong tahun ini cukup meriah dibanding tahun lalu yang hanya mengarak 1 patung ogoh-ogoh.
Usai diarak keliling, ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol pemurnian diri Photo: Agri
"Rutenya juga lebih panjang dibanding tahun lalu. Kemudian partisipasi masyarakat juga lebih banyak. Kemudian ada puluhan mahasiswa ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) Kaltim yang ikut ambil bagian dalam pawai ini," katanya.
Menurut Nyoman, selain untuk melestarikan tradisi dalam rangka menyambut Nyepi, pawai ogoh-ogoh ini juga untuk memberikan hiburan kepada masyarakat Tenggarong.
"Sambutan masyarakat sangat baik, banyak warga sekitar yang menyaksikan. Mereka tampak senang dan terhibur. Ini sesuai dengan tema kita yang mengangkat keberagaman dan toleransi," ungkapnya.
Terkait perayaan Nyepi, lanjut Nyoman, umat Hindu Dharma di Tenggarong telah melaksanakan persembahyangan di Pura Payogan Agung pada Jum'at pagi, yang kemudian dirangkai dengan pelaksanaan pawai ogoh-ogoh di malam hari.
"Setelah itu, besok Sabtu kita akan melaksanakan Nyepi atau Catur Berata Penyepian selama 24 jam, yakni amati geni atau tidak menyalakan api/sinar, amati karya atau tidak bekerja, amati lelungaan atau tidak bepergian, dan amati lelanguan atau tidak bersenang-senang," pungkasnya. (win)
|