Satu Orang Tewas, Kapal Feri Pengangkut Bibit Sawit Karam di Muara Kaman Kapal feri KM Syukur Abadi mengalami kebocoran setelah sandar di dermaga desa Bukit Jering, Kecamatan Muara Kaman, Selasa (28/11) dini hari Photo: Istimewa
Jasad Budi Irawan saat disemayamkan di rumahnya di desa Bukit Jering Photo: Istimewa
|
KutaiKartanegara.com - 29/11/2017 00:38 WITA
Akibat mengalami kebocoran, sebuah kapal feri tradisional yang tengah membawa bibit sawit milik PT Sawit Golden Prima (SGP) tenggelam di perairan sungai Mahakam, saat sandar di dermaga desa Bukit Jering, Kecamatan Muara Kaman, Selasa (28/11) dini hari sekitar jam 02.00 WITA.
Selain menyebabkan kerugian material mencapai ratusan juta rupiah, insiden karamnya feri KM Syukur Abadi ini ternyata merenggut nyawa seorang ABK (Anak Buah Kapal) bernama Budi Irawan (24).
Budi menjadi satu-satunya korban yang meninggal dunia setelah berusaha menghidupkan mesin alkon untuk memompa air di ruang mesin pada saat kapal tersebut mulai kemasukan air.
"Diduga korban terjatuh dan terbentur hingga tak sadarkan diri saat hendak keluar dari ruang mesin kapal. Korban akhirnya meninggal dunia setelah terjebak di dalam kapal yang mulai tenggelam itu," ujar Kapolres Kutai Kartanegara AKBP Fadillah Zulkarnaen melalui Kapolsek Muara Kaman AKP TM Panjaitan.
Ditambahkan Panjaitan, kapal yang mengangkut 1.250 pokok bibit sawit tersebut awalnya bergerak dari Desa Kupang Baru, Muara Kaman, menuju Desa Liang Ilir, Kecamatan Kota Bangun.
"Secara keseluruhan ada 9 orang di kapal tersebut, yakni Ardiansyah (35) selaku nahkoda kapal, kemudian korban selaku ABK, serta 7 orang karyawan PT SGP yang ditugaskan untuk mengangkut bibit sawit," terangnya.
Saat malam tiba, feri tersebut berlabuh di desa Bukit Jering, tepatnya di dermaga depan Mesjid Nurul Muqarrobin. Nahkoda kapal bersama karyawan PT SGP kemudian beristirahat di kapal itu.
"Sekitar pukul 02.00 WITA, Ardiansyah melihat ada kebocoran di bagian bawah kapal tersebut dan langsung membangunkan para penumpang. Para karyawan buruh angkut bibit sawit yang tadinya tidur di dek bawah langsung berlarian keluar," jelasnya,
Mengetahui adanya kebocoran itu, lanjut Panjaitan, korban yang tadinya tidur di dek atas langsung turun ke dek bawah dan berusaha menghidupkan mesin alkon. "Sebenarnya kapten kapal dan beberapa saksi lainnya sudah mengingatkan korban agar jangan turun lagi ke dek bawah karena air yang masuk sangat deras," ungkapnya.
Namun, Budi tetap turun ke dek bawah dengan maksud untuk mengatasi keadaan. Pada saat akan naik ke dek atas, lnjutnya, diduga kepala korban terbentur sehingga tak bisa keluar dari ruang mesin hingga akhirnya meninggal dunia di dalam kapal yang sudah dipenuhi air. (win)
|