Film Pendek Tafsir Raih Penghargaan Moviestival 2016 Sutradara Faruq Al Gazali dengan bangga menerima trofi Moviestival 2016 untuk kategori Ide Cerita Terbaik Photo: Dok. KOPI Tenggarong
KutaiKartanegara.com - 01/11/2016 11:21 WITA
Prestasi membanggakan berhasil ditorehkan sejumlah anak muda Kutai Kartanegara (Kukar) yang tergabung dalam Komunitas Pelem Indie (KOPI) Tenggarong.
Baru dibentuk pada Maret 2016, namun karya film mereka sudah mampu menyabet penghargaan tingkat nasional lewat Festival Film Pendek, Moviestival 2016.
Ya, lewat film pendek berjudul Tafsir, KOPI Tenggarong mendapat trofi sebagai pemenang Film Dengan Ide Cerita Terbaik yang diserahkan pada malam penganugerahan Moviestival 2016 di Bandung, Kamis (27/10) malam lalu.
Selain trofi tetap dan piagam penghargaan, KOPI Tenggarong juga berhak mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp 15 juta. Tak hanya itu, film berbahasa Kutai ini juga berhak menerima uang sebesar Rp 4 juta lantaran masuk sebagai nominator Film Terbaik Moviestival 2016.
Dalam kompetisi film pendek garapan PT Pos Indonesia bekerjasama dengan Komunitas Film Pendek Indonesia (KFPI) ini, dewan juri menetapkan film bertajuk Permainan Naluri garapan Sahabat Creative (Sidoarjo) sebagai Film Terbaik. Sedangkan kategori Film Favorit disabet film berjudul Jika Salah Karena Aku Berbeda karya The Prosessor Studios (Situbondo).
Faruq Al Ghazali selaku sutradara film Tafsir, menyatakan sangat bersyukur dan tak menyangka jika film pendek garapan mereka bisa masuk 2 nominasi Moviestival 2016 hingga akhirnya menjadi pemenang Film Ide Cerita Terbaik.
"Alhamdulillah. Yang pasti kami sangat bersyukur. Senang rasanya bisa mengharumkan nama Kukar, khususnya Tenggarong, di ajang film pendek nasional," ujarnya.
Tim KOPI Tenggarong foto bersama Ketua Panitia Moviestival 2016, Teddy Tardiana (tengah) Photo: Dok. Moviestival 2016
Menurut Faruq, KOPI Tenggarong sebenarnya mengirim 2 karya ke Moviestival 2016. Selain Tafsir, mereka juga mengirimkan film pendek berjudul Save Earth Save Heart. Namun film kedua yang juga digarap dalam bahasa Kutai ini hanya masuk 32 Besar saja.
Atas pencapaian tersebut, Faruq berharap hal ini dapat meningkatkan motivasi bagi KOPI Tenggarong untuk bisa lebih bersemangat lagi dalam berkarya, serta bisa saling bersinergi dengan pihak lain di daerah ini.
Lewat karya film yang mereka garap dalam bahasa Kutai, Faruq ingin membangkitkan kebanggaannya sebagai orang Kutai serta membuktikan bahwa anak muda Kutai juga tak kalah bersaing dengan mereka yang ada di pulau Jawa.
Senada dengan Faruq, Tirta Kusuma Negara selaku pembuat ide cerita menyatakan sangat bangga dan bersyukur film Tafsir bisa membawa pulang trofi Film Ide Cerita Terbaik Moviestival 2016.
"Masuk 2 nominasi saja suda senang, apalagi jadi pemenang ide cerita terbaik. Kemenangan ini tidak terlepas dari tim produksi yang dihuni anak muda Tenggarong, dengan latar belakang yang beragam. Ada anak band, anak sekolah, musisi tradisional, mahasiswa, dan sebagainya. Hanya beberapa orang yang memang sudah cukup lama mendalami perfilman, sisanya pendatang baru," paparnya.
Tirta menyatakan, KOPI Tenggarong akan terus berkarya dan tetap bangga menggunakan bahasa Kutai dalam setiap film garapan mereka. "Komunitas Pelem Indie Tenggarong sudah menyiapkan beberapa naskah lagi untuk dieksekusi. Dan kami tetap akan menggunakan bahasa Kutai sebagai identitas film-film kami," pungkasnya. (win)
|