Libatkan 350 Penari Tari Massal Borneo in Harmony Pukau Ribuan Penonton Para pendukung tari massal Borneo in Harmony berparade sambil melambaikan tangan ke arah penonton dan para pejabat maupun undangan VIP, termasuk delegasi mancanegara peserta EIFAF 2015 Photo: Agri
Salah satu penampilan pendukung tari massal Borneo in Harmony Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 08/06/2015 13:28 WITA
Salah satu sajian yang paling ditunggu-tunggu penonton dalam seremoni pembukaan Erau Adat Kutai dan International Folk Arts Festival (EIFAF) 2015 adalah suguhan tari massal.
Ya, tari massal bertajuk Borneo in Harmony tampil sebagai pamungkas dalam pembukaan EIFAF 2015 di Stadion Rondong Demang, Tenggarong, Minggu (07/06) siang kemarin.
Tarian yang menggambarkan kekayaan seni budaya Nusantara serta keharmonisan suku asli Kalimantan dengan pendatang ini berhasil memukau ribuan penonton yang menyaksikan acara pembukaan EIFAF 2015, termasuk para tamu VIP dan delegasi mancanegara.
Sekelompok gadis berbusana khas Kutai Melayu tampil gemulai membawakan tarian Photo: Agri
Penampilan para penari wanita yang menggambarkan etnis dari daerah lain Photo: Agri | | |
Apalagi tarian ini didukung pula dengan iringan musik interculture dari Gerbang Etam Orchestra dibawah pimpinan komposer Anusirwan, yang memadukan musik tradisi khas Kalimantan dengan unsur musik tradisi dari daerah lainnya di Tanah Air, seperti Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi Utara hingga Minang.
Secara keseluruhan, ada 350 penari yang terlibat dalam tari massal Borneo in Harmony yang digarap koreografer Hariyansa dari Yayasan Gubang Kutai Kartanegara ini.
"Para pendukung tari massal ini berasal dari sejumlah kelompok kesenian atau sanggar tari yang ada di Tenggarong. Mereka telah berlatih selama kurang lebih 1,5 bulan," ujar Hariyansa.
Menurut pria yang akrab disapa Ancha ini, garapan tari massal kali ini memang sedikit berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Untuk garapan tari massal tahun ini kita mengangkat keberagaman seni budaya Nusantara yang tumbuh harmonis di Kutai Kartanegara," jelasnya.
Keberagaman suku budaya di tanah Kutai, lanjut Ancha, tetap menguat dalam ikatan kedamaian yang harmonis. "Perbedaan yang kita miliki itu sangat indah dan menjadi kekayaan bangsa sehingga tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," demikian katanya. (win)
|