Gubang Tetap Konsisten di Jalur Tari Kontemporer Salah satu garapan tari pada pagelaran tari kontemporer Gubang Art Community di Tenggarong, Sabtu (28/02) malam Photo: Agri
Penampilan Zulkifly dan Marlina pada tarian bertajuk Entah Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 01/03/2015 20:25 WITA
Selain aktif mengangkat seni tradisi, Gubang Art Community ternyata masih eksis dan konsisten untuk menggarap karya-karya tari kontemporer. Seperti yang mereka suguhkan di gedung Putri Junjung Buyah, Tenggarong, Sabtu (28/02) malam.
Lewat pagelaran tari kontemporer bertajuk Kontemplasi, Entah dan Intuisi, Gubang Art Community membuktikan jika mereka menjadi satu-satunya grup tari di Kutai Kartanegara yang masih terdepan di jalur tari kontemporer.
Pagelaran tari kontemporer ini mendapat sambutan hangat dari penikmat seni serta warga Tenggarong. Bahkan di antara para penonton tersebut, ada pula yang berasal dari kota Samarinda, Bontang dan Jakarta.
Sekitar 300 penonton, termasuk undangan, yang memadati gedung Putri Junjung Buyah tampak menikmati suguhan tiga karya tari yang digarap koreografer Gubang, Hariyansa, atau yang akrab disapa dengan Ancha.
Pagelaran tari kontemporer ini diawali dengan sebuah garapan bertajuk Kontemplasi yang dibawakan satu orang penari yakni Randa Zunardy Pamengko. Sedangkan garapan kedua berjudul Entah dibawakan 3 orang penari, yakni Encek Sandi Pratama, Merlina dan Zulkifly.
Randa tampil secara tunggal dalam garapan tari bertajuk Kontemplasi Photo: Agri | | |
Sebagai penutup, Randa Zunardy Pamengko kembali tampil untuk membawakan tarian kontemporer bertajuk Intuisi. Namun kali ini Randa tidak tampil sendiri. Dia tampil berpasangan dengan Dini Saputri.
Tarian kontemporer yang dibawakan Randa dan Dini mampu menghipnotis para penonton untuk larut dalam keheningan dan keharuan. Dalam tarian ini digambarkan tentang kisah asmara seorang pria yang dengan kekasih yang sangat dicintainya. Namun takdir tak dapat ditolak, sang kekasih harus pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
"Ya, semua garapan tari kontemporer ini memang mengetengahkan tentang kehidupan sehari-hari. Mulai dari awal kita hidup hingga kematian. Judul memang berbeda, tapi ada mata rantai yang sama dari Kontemplasi, Entah dan Intuisi," ujar Ancha.
Ancha pun mengucapkan terima kasih atas apresiasi para penonton yang hadir untuk menyaksikan pagelaran tari kontemporer garapan Gubang. Padahal, pihak Gubang hanya menyiapkan 250 tiket masuk yang dibandrol seharga Rp 10 ribu.
"Tiket yang kita siapkan untuk 250 kursi sudah sold out sebelum pertunjukan. Beberapa yang kehabisan tiket meminta agar dapat menonton, sehingga kita siapkan kursi tambahan. Jadi ada sekitar 300 orang yang menyaksikan pagelaran ini," ungkapnya.
Ditambahkan Ancha, pagelaran tari kontemporer ini telah lama mereka persiapkan. "Kami sudah persiapkan sejak 2 tahun lalu, namun terbentur kesibukan dan pekerjaan kami. Pagelaran ini melibatkan 5 orang penari dan 5 orang pemusik," jelasnya.
Gubang pun berencana untuk tampil di kota lainnya di Kalimantan Timur menyuguhkan pagelaran tari kontemporer yang sama. "Setelah penampilan di Tenggarong, kami rencananya akan tampil di Balikpapan dan Samarinda. Apalagi disana ada tempat yang representatif untuk pertunjukan tari," pungkasnya. (win)
|