Enggang, Mangrove dan Purun: Tema Kostum Tenggarong Kutai Carnival 2014 Para peserta workshop TKC 2014 memperhatikan prototipe kostum dengan tema Enggang (kiri) dan Purun (kanan) yang dibawakan instruktur dari JFC Photo: Humas Kukar/Hayru Abdi
Prototipe kostum dengan tema Mangrove atau pohon bakau Photo: Humas Kukar/Hayru Abdi
|
KutaiKartanegara.com - 25/05/2014 18:54 WITA
Tenggarong Kutai Carnival (TKC) 2014 baru akan digelar pada pertengahan Oktober mendatang. Namun persiapan untuk gelaran fesyen jalanan tersebut telah dilakukan jauh hari.
Selain telah menetapkan tiga tema untuk kostum TKC, pihak TKC juga telah menggelar kegiatan Workshop I TKC yang berlangsung selama 6 hari di Pendopo Wakil Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Tenggarong.
Workshop tahap pertama tersebut digelar sejak Senin (19/05) hingga Sabtu (24/05) kemarin. Sedangkan workshop tahap kedua, bakal dilaksanakan pada bulan September mendatang.
Menurut Ketua TKC, Nur Fajri, workshop tahap pertama ini diikuti 200 peserta, meningkat 2 kali lipat dibanding tahun lalu. Dari 200 peserta tersebut, 30 diantaranya adalah anak-anak usia 7 hingga 12 tahun.
"Hal ini menunjukkan bahwa karnaval yang diusung TKC mulai dikenal dan dipercaya warga sebagai kegiatan kreati yang positif," ujarnya.
Ditambahkannya, workshop tahun ini masih menggandeng instruktur dari Jember Fashion Carnaval (JFC) selaku konsultan TKC. Adapun materi yang disampaikan yaitu mengenai dasar-dasar karnaval, desain, tata rias, latihan karakter dan koreografi.
Adapun tema kostum yang akan ditampilkan pada TKC 2014 adalah burung enggang, mangrove atau pohon bakau, serta purun yang merupakan kerajinan anyaman yang ada di Kukar. Ke tiga tema tersebut akan menjadi dasar pembuatan kostum yang dikreasikan masing-masing oleh 200 peserta workshop.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kukar Sri Wahyuni memberikan apresiasi terhadap 3 tema tersebut. Selain menonjolkan kekhasan alam dan kerajinan di Kukar, Sri menilai tema tersebut juga sebagai pesan moral untuk melestarikan alam.
"Burung enggang sudah langka, hutan mangrove juga berperan besar bagi kelangsungan makhluk hidup di pesisir, jadi harus dijaga agar tidak punah atau rusak. Salah satu kampanye pelestarian, ya bisa dengan kostum ini," ujarnya.
Sri juga berterimakasih kepada para orangtua yang mengizinkan anaknya untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dengan keikutsertaan anak-anak di workshop itu, lanjutnya, merupakan pembelajaran sejak dini tentang mengembangkan kreatifitas dan budaya lokal.
"Saya harap dengan workshop yang dilaksanakan 5 bulan sebelum show time, hasilnya bisa lebih baik, yaitu lahirnya desain kostum yang unik dan lebih kreatif," harapnya.
Sekedar informasi, TKC tahun ini merupakan yang ketiga kalinya dilaksanakan sejak 2012 lalu. Tahun pertama yakni pada tahun 2012, kostum yang ditampilkan mengangkat tema Hudoq, Tameng dan Kipas. Kemudian pada tahun 2013, TKC mengambil tema kostum Belian, Seraong dan Anggrek. (win/her)
|