Soal Kontrak Blok Mahakam, Total E&P Indonesie Tunggu Keputusan Pemerintah Instalasi migas milik Total E&P Indonesie di terminal SPS Senipah, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara Photo: Agri
Salah seorang operator memantau produksi migas kawasan Blok Mahakam dari Ruang Kontrol Terminal SPS Total E&P Indonesie di Senipah, Samboja Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 02/09/2013 21:01 WITA
Kontrak pengelolaan Blok Mahakam yang dioperatori Total E&P Indonesie (TEPI) bersama mitra kerjanya Inpex Corporation baru akan berakhir pada tahun 2017.
Namun sejumlah pihak mendesak Pemerintah Pusat agar pengelolaan Blok Mahakam yang masih menyimpan cadangan gas itu diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dalam hal ini Pertamina.
Pihak TEPI sendiri menyatakan masih berminat untuk melanjutkan pengelolaan Blok Mahakam. Oleh karena itu, TEPI berharap agar Pemerintah segera mengambil keputusan apakah memperpanjang kontrak kepada TEPI atau menyerahkan pengelolaan Blok Mahakam kepada pihak lain.
"Kalau ada keputusan memperpanjang kontrak, kami akan investasikan dana sebesar USD 7,3 milyar mulai tahun 2013 hingga 2017 mendatang," ujar Kepala Departemen Hubungan Media TEPI, Kristanto Hardadi, Jum'at (30/08) lalu di Tenggarong.
Ditambahkan Kristanto, investasi tersebut akan digunakan untuk kegiatan eksplorasi serta penggunaan teknologi baru dalam rangka meningkatkan produksi di Blok Mahakam.
"Karena lapangan di Blok Mahakam sudah tua dan rapuh, sehingga harus digelar teknologi baru yang dapat menahan pasir dan air saat mengambil gas," katanya.
Menurut mantan pemimpin redaksi pada salah satu media cetak nasional ini, TEPI akan menunggu keputusan Pemerintah hingga tahun depan tentang siapa yang bakal melanjutkan pengelolaan Blok Mahakam.
"Jika memang kontrak tidak diperpanjang, maka tidak akan ada investasi dari kami. Kami akan tunggu keputusan pemerintah sampai tahun depan. Pemerintah harus segera memutuskan, karena kalau semakin ditunda, maka akan semakin beresiko," katanya.
Dikatakan Kristanto, pihaknya berharap agar produksi migas di Blok Mahakam tidak semakin menurun jika TEPI tidak lagi mengelola kawasan yang masih kaya cadangan migas tersebut.
"Perlu diingat bahwa komitmen pembeli, seperti dari Jepang dan Korea Selatan, harus dijaga dan dipenuhi. Kalau tidak, Pemerintah malah bisa kena penalti jika tak mampu memenuhi penjualan kepada mereka," katanya.
Ketika ditanya berapa cadangan gas di Blok Mahakam yang tersisa setelah kontrak TEPI berakhir, menurut Kristanto, cadangan gas tersebut diperkirakan berkisar antara 2 hingga 2,5 TCF (triliun kaki kubik). "Lumayan lah, nilainya bisa lebih dari USD 30 milyar," pungkasnya. (win)
|