Nurul Ilmi Gelar Gebyar Muharram 1434 H
Puncak Gebyar Muharram diisi pula dengan penyerahan bantuan untuk Yayasan Nurul Ilmi Koetai Kartanagara Photo: Dok. Yayasan Nurul Ilmi
|
KutaiKartanegara.com - 16/11/2012 10:58 WITA
Dalam rangka menyemarakkan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1434 H, Yayasan Nurul Ilmi Koetai Kartanagara menggelar kegiatan bertajuk Gebyar Muharram 1434 H yang berlangsung mulai tanggal 13 hingga 15 Nopember 2012.
Menurut Ketua Panitia Gebyar Muharram, Irwanuddin, rangkaian kegiatan Gebyar Muharram 134 H terdiri dari Lomba Da'i Cilik, Da'i Remaja, Musabaqah Tartil Qur'an, Musabaqah Tahfidz Qur'an, Musabaqah Azan serta Wisuda Qiroati.
Kemudian pada Rabu (14/11) malam diisi dengan pelaksanaan MABIT atau Malam Bina Iman dan Taqwa dalam rangka menyambut Tahun Baru 1434 Hijriah.
Puncak Gebyar Muharram 1434 H sendiri digelar Kamis (15/11) kemarin yang diwarnai dengan kegiatan Family Gathering berupa Jalan Santai. "Jalan santai ini diikuti 1.138 siswa Nurul Ilmi, bersama para orangtua siswa, guru dan karyawan," ujar Irwanuddin.
Staf Ahli Bupati Kukar Didi Ramyadi mencabut kupon doorprize bagi peserta Jalan Santai yang beruntung Photo: Dok. Yayasan Nurul Ilmi | | |
Setelah kegiatan Jalan Santai, lanjut Irwanuddin, juga dilakukan penggalangan dana kemanusiaan untuk kaum Muslimin Palestina yang berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 11 juta lebih, kemudian pembagian hadiah lomba serta penarikan doorprize atau hadiah hiburan bagi peserta Jalan Santai.
Staf Ahli Bupati Kutai Kartanegara Didi Ramyadi yang turut hadir bersama istri menyatakan kekagumannya terhadap penyelenggaraan kegiatan Gebyar Muharram 1434 H di kompleks Sekolah Islam Terpadu Nurul Ilmi.
"Mudah-mudahan kegiatan ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan di masa-masa mendatang," ujar Didi Ramyadi didampingi Ketua Dewan Pembina Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Kukar, H Saiful Aduar.
Mengutip tausiyah Cahyadi Takariawan di penghujung acara, Saiful Aduar mengatakan bahwa tujuan pendidikan yang ditanamkan Yayasan Nurul Ilmi adalah agar umat Islam memperoleh kembali kehormatannya.
"Kehormatan diri bukan terletak pada posisi kita sebagai apa. Tidak menjadi apa-apa, tetap bisa dihormati. Kita terhormat karena karakter yang kuat. Kita terhormat karena karya yang tiada pernah berhenti. Kita terhormat karena kerja yang terus menerus. Kita terhormat karena keteladanan, dan kita terhormat karena kesabaran dan kesetiaan," demikian katanya. (win)
|