Belimbur Akhiri Kemeriahan Erau Sultan Kutai HAM Salehoeddin II memercikkan air tuli sebagai tanda dimulainya adat Belimbur Photo: Agri
Di jalanan, warga menyiramkan air kepada pengendara yang melintas Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 09/07/2012 13:11 WITA
Di puncak penyelenggaran Erau Pelas Benua Etam 2012, Belimbur atau adat siram-siraman air menjadi tradisi yang sangat dinanti-nanti dan melibatkan kalangan masyarakat secara luas.
Seperti yang terjadi Minggu (08/07) kemarin, adat Belimbur berlangsung meriah di kota Tenggarong dan Kutai Lama, Kecamatan Anggana, yang merupakan ibukota pertama Kerajaan Kutai Kartanegara.
Bedanya, Belimbur di Tenggarong resmi dimulai usai Sultan Kutai memercikkan air tuli yang diambil dari perairan sungai Mahakam di Kutai Lama setelah dua replika Naga diberangkatkan ke Kutai Lama. Sedangkan di Kutai Lama, Belimbur dilakukan setelah dua replika Naga dilarung ke sungai Mahakam.
Warga dan para kerabat Kesultanan Kutai tak luput dari siraman air usai upacara Beluluh di Rangga Titi Photo: Agri
Anak-anak dan orangtua bersuka cita dengan saling menyiram air Photo: Agri | | |
Kendati demikian, kebanyakan warga telah mulai saling siram air sebelum waktunya. Hampir di seluruh penjuru kota Tenggarong, warga telah melakukan kegiatan Belimbur di jalanan.
Dengan menggunakan kantong plastik berisi air, ember bahkan semprotan pompa air, warga menyiram air kepada pengendara maupun pejalan kaki yang lewat.
Beberapa warga juga berkeliling kota Tenggarong dengan menggunakan mobil bak terbuka yang dilengkapi drum berisi air. Mereka ikut menyiramkan air kepada warga yang berada di jalanan. Perang air pun tak dapat terhindarkan antar warga.
Menurut Menteri Adat Kesultanan Kutai, HAP Hario Soerya Adi Kesoema, adat belimbur memiliki makna sebagai pensucian diri dari pengaruh jahat agar kembali suci dan menambah semangat dalam membangun daerah. "Dan diharapkan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan," ujarnya. (win)
|