Warga Dayak Benuaq Gelar Upacara Adat Tota Timui
Upacara adat Tota Timui turut menyemarakkan pelaksanaan pesta adat Erau 2012 di kota Tenggarong Photo: Humas Kukar/Heru
|
KutaiKartanegara.com - 06/07/2012 19:15 WITA
Untuk menyemarakkan Erau Pelas Benua Etam 2012, masyarakat suku Dayak Benuaq yang tergabung dalam kelompok Pokan Takaq Kelurahan Loa Ipuh, Tenggarong, menggelar upacara adat Tota Timui Betawai Betentau.
Upacara adat ini digelar Selasa (03/07) lalu di taman sekitar pentas seni Erau 2012 yang berada di Jalan KH AKhmad Muksin, Tenggarong, tepat di depan Sekretariat Gerbang Raja.
Ritual tersebut dilaksanakan oleh dengan 8 orang gadis berpakaian adat khas Dayak Benuaq yang terbuat dari kain Ulap Doyo sebagai penari dan dipimpin oleh seorang pawang yang disebut Belian.
Diiringi tetabuhan gendang dan gong kecil, ritual pun diawali dengan membakar dupa serta mempersiapkan sejumlah sesajen seperti seekor ayam panggang, lemang, ketan, beras, telur ayam, darah ayam, kelapa, air kembang dan pakaian lengkap.
Adapun kelengkapan ritual, yaitu empat batang kayu yang masih lengkap dengan daunnya ditancapkan pada 4 penjuru yang bagian atasnya dihubungkan dengan daun kelapa, sehingga terbentuk ruang kira-kira berukuran 2 meter persegi.
Di dalam ruangan tersebut ditancapkan 2 kayu berdaun yang digantung sehelai kain di tiap-tiap batangnya, salah satunya di tempelkan daun pinang.
"Pohon ini untuk persembahan, dan pohon yang ada daun pinangnya sebagai tangga bagi roh leluhur yang akan kita panggil pada ritual ini," ujar salah satu wanita paruh baya yang mempersiapkan kelengkapan tersebut.
Sedangkan dibawah dua pohon tersebut ditaruh tiga wadah yang berisi air. Wadah pertama atau yang paling besar berisi air yang diberi empat jenis bunga, diantaranya adalah pandan dan mayang pinang. Lalu 2 wadah lainnya masing-masing berisi air yang diberi arang dan kunyit. "Air ini untuk menghilangkan penyakit dan mensucikan dari segala hal buruk," katanya.
Kelengkapan sudah beres, dupa mengepul, dihadapan sesajen sang pawang duduk bersila dan mulai mengucap mantra. Sesaat setelah itu gendang dan gong mulai ditabuh dan delapan gadis menari mengelilingi lokasi ritual.
Setelah membaca mantra sang pawang atau belian masuk ke antara empat kayu dan mengambil air untuk di usapkan kepada orang yang sakit atau berduka, setelah itu para penari juga ikut membasuh muka dari air itu.
Menurut pimpinan kelompok Pokan Takaq, Ipong, ritual ini biasanya dilakukan di dalam rumah sehabis mengubur orang meninggal, dengan tujuan untuk menghibur atau mengobati depresi bagi keluarga yang ditinggalkan.
Sedangkan asap dupa dimaksudkan untuk memanggil roh leluhur, yaitu Delapan Belian Bawe (perempuan ahli mantra) dan Delapan Belian Upo (lelaki ahli mantra).
"Jadi roh Delapan Belian Bawe dan Upo ini dipanggil oleh pawang tadi untuk membantu mensucikan atau mengobati yang berduka atau sakit," paparnya.
Menurut Ipong, upacara adat Tota Timui ini juga bisa digelar untuk mensucikan calon pengantin, dan juga untuk seseorang yang mendapat mimpi buruk. "Dalam rangka Erau ini, Tota Timui digelar untuk membersihkan kota Tenggarong dari segala macam keburukan dan bencana," jelasnya. (her)
|