Erau 2011 Berakhir Mengulur Naga dan Belimbur Jadi Puncak Kemeriahan Erau Dua replika Naga dibawa dari Tenggarong menuju Kutai Lama untuk dilepas di perairan bekas ibukota pertama Kerajaan Kutai Kartanegara tersebut Photo: Humas Kukar/Heru Abdi
Sultan Kutai H Adji Mohd Salehoeddin II memercikkan air Tuli tanda dimulainya Belimbur Photo: Humas Kukar/Heru Abdi
|
KutaiKartanegara.com - 11/07/2011 12:31 WITA
Pesta adat Erau 2011 yang telah berlangsung selama sepekan secara resmi ditutup Wakil Gubernur Kalimantan Timur H Farid Wadjdy di Keraton Kutai Kartanegara ing Martadipura atau Museum Mulawarman, Tenggarong, Minggu (10/07) kemarin.
Penutupan Erau 2011 ini ditandai dengan pelaksanaan upacara Mengulur Naga sekaligus Belimbur sebagai puncak kemeriahan Erau yang paling dinanti-nanti masyarakat.
Dikatakan Wagub Farid Wadjdy, Erau bukan hanya sekedar ungkapan rasa syukur dan pererat persatuan, tapi juga sebagai usaha pelestarian dan pengembangan adat istiadat.
"Erau ini juga merupakan salah satu event untuk mensukseskan program tahun kunjungan wisata Kaltim khususnya Kukar," ujarnya di hadapan ribuan warga dan pengunjung yang memadati halaman Museum Mulawarman.
Sebelum upacara Mengulur Naga dimulai, terlebih dahulu dilakukan dengan pembacaan riwayat singkat tentang Naga oleh salah seorang kerabat Kesultanan Kutai.
Putra Mahkota Kesultanan Kutai HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat melakukan tepong tawar terhadap replika naga sebelum dibawa menuju Kutai Lama Photo: Humas Kukar/Heru Abdi | | |
Setelah itu, Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat memimpin pelaksanaan upacara Mengulur Naga di Kutai Lama, Kecamatan Anggana, yang merupakan ibukota pertama Kerajaan Kutai Kartanegara di masa silam.
Dua replika naga kemudian dibawa beramai-ramai menuju dermaga depan Museum Mulawarman untuk dinaikkan di atas kapal. Setelah 3 kali berputar di sungai Mahakam di kota Tenggarong, kapal yang membawa naga berangkat menuju ke Kutai lama, dan singgah di Samarinda Seberang untuk dilaksanakan prosesi Naga Bekenyawa oleh tokoh adat Bugis di Samarinda Seberang.
Sementara itu, saat Naga dibawa menuju ke Kutai Lama, Sultan Kutai H Adji Mohd Salehoeddin II melaksanakan prosesi Beumban, Begorok serta turun ke Rangga Titi untuk memercikkan air Tuli dari Kutai Lama, sebagai tanda dimulainya acara Belimbur atau siram-siraman air.
Adat Belimbur sendiri memiliki makna untuk mensucikan diri dari pengaruh-pengaruh jahat sehingga kita kembali suci dan bersih serta menambah semangat untuk membangun daerah. Demikian pula terhadap bumi dan sekitarnya bersih dari perbuatan jahat serta dihindari segala marabahaya. (her)
|