Peserta Asal Kenohan Juarai Behempas Erau 2011
Olahraga tradisional Behempas yang kembali dipertandingkan pada Erau 2011 Photo: Humas Kukar/Zulkifli
|
KutaiKartanegara.com - 08/07/2011 23:28 WITA
Pesta adat Erau 2011 tak hanya diisi dengan kegiatan seni budaya, namun juga diisi dengan sejumlah pertandingan olahraga tradisional. Salah satunya adalah Behempas yang merupakan pertarungan antara dua pria dengan menggunakan alat pukul dari rotan.
Selain dipertandingkan di setiap pelaksanaan Erau, olahraga tradisonal yang hanya dimainkan kaum adam ini juga bisa ditemukan pada upacara adat masyarakat Dayak seperti Ngugu Tahun dan Kwangkai.
"Behempas ini merupakan olahraga yang menggabungkan antara seni dan ketangkasan bela diri," kata Martinus Nemar, Koordinator Seksi Behempas Rotan.
Dari sisi seni, lanjut Martinus, sebelum pertarungan dimulai dua orang yang akan bertanding terlebih dahulu menari dengan diiringi tetabuhan gendang dan alat musik tradisional Dayak Benuaq lainnya.
"Tarian ini bertujuan untuk mengundang orang-orang agar dapat berkumpul menyaksikan pertandingan," ujarnya saat ditemui di sela-sela pertandingan Behempas di lapangan parkir dermaga penyeberangan Pulau Kumala, Tenggarong.
Dengan menggunakan batang rotan, para petarung Behempas saling mengincar punggung lawan sebagai sasaran Photo: Humas Kukar/Zulkifli | | |
Senjata untuk olahraga ini adalah pemukul yang disebut Rotan Manau, yakni rotan sebesar jari kelingking orang dewasa yang dipotong sepanjang kurang lebih 1 meter. Tiap pemain juga dilengkapi dengan tameng pelindung yang juga terbuat dari rotan, dinamakan dengan Seloko.
Sedangkan pelindung tangan yang terbuat dari kulit kayu Jomoq disebut dengan Sarong Tami. Pemain juga dilengkapi dengan ikat kepala yang disebut kesipu dan ikat pinggang kain.
Para pemain juga tak boleh mamakai baju atau sejenisnya yang menutupi punggung. Mirip ksatria yang gagah berani jika melihat pemain akan bertarung dengan senjata rotan di tangan dilengkapi dengan perlengkapan lainnya tersebut.
Martinus menjelaskan bahwa dalam sebuah pertandingan dibuat tiga ronde dengan waktu tiap ronde dua menit. Setelah dua menit pertarungan dihentikan untuk beristirahat selama satu menit. Pemain hanya boleh memukul punggung lawan sebagai sasaran. Kecuali saat tanding bebas, pukulan pada bahu juga dihitung.
Untuk mengetahui pemenang dalam satu pertandingan, usai bertarung panitia akan melihat punggung pemain untuk menghitung bekas sabetan rotan dari lawan. "Jadi yang paling banyak bekas rotan di punggungnya, itu yang kalah," terangnya.
Walaupun bertarung dengan keras, saling menghempaskan rotan ke punggung lawan, namun tidak ada dendam atau emosi di antara para petarung Behempas. Karena olahraga ini selain untuk melestarikan budaya juga untuk mempererat silaturahmi.
Pada Erau tahun ini, pertandingan Behempas diikuti 20 peserta dari beberapa kecamatan di Kutai Kartanegara. Dari hasil pertandingan babak final, Jum'at (08/07) pagi, Juara I Behempas pada Erau 2011 diraih Yong Siu dari Kecamatan Kenohan, setelah menundukkan Lorens dari Kecamatan Tenggarong di babak final. Sementara predikat Juara III dan IV masing-masing disabet Kahar (Anggana) dan Milot (Kenohan). (her)
|