Sepanjang 2010, 29 Kasus HIV/AIDS Ditemukan di Kukar
Suasana peringatan Hari AIDS se-Dunia 2010 di Tenggarong, Kamis (02/12) lalu Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 06/12/2010 13:29 WITA
Sejak ditemukan kasus pertama di Bali pada tahun 1987, epidemi AIDS di Indonesia dalam periode kurang lebih 20 tahun menunjukkan kenaikan yang luar biasa.
Di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sendiri, dari hasil kegiatan VCT Mobile Test yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan sejak tahun 2008 hingga 2010, telah ditemukan kasus HIV sebanyak 39 kasus pada tahun 2008 dan 29 kasus pada tahun 2009, dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 3 orang.
"Sedangkan sepanjang Januari hingga Oktober 2010, sedikitnya telah ditemukan 29 kasus HIV/AIDS di Kukar," ujar Kepala Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kukar, H Bahrul, usai peringatan Hari AIDS se dunia, Kamis (02/12) lalu.
Dikatakan Bahrul, jalur penularan yang memicu epidemi HIV di Asia terutama adalah jalur penularan seksual serta penggunaan alat suntik oleh para pecandu narkoba dan zat adiktif lain (NAFZA).
"Penularan seksual kepada pasangan dari pengguna NAPZA dan penularan berikutnya ke anak mereka, dan kaitan antara penggunaan NAPZA dan pekerja seks juga berperan dalam perambahan kasus baru dalam proporsi yang signifikan. Sebagian besar anak yang terinfeksi dilahirkan oleh perempuan yang menggunakan NAPZA suntik atau pasangannya menggunakan NAPZA suntik," jelasnya.
Permasalahan berikutnya, lanjut Bahrul, adalah masih terjadinya stigma dan diskriminasi dan kurangnya Pemahaman mengenai kekhususan kebutuhan perawatan, dukungan dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS yang memberikan dampak buruk di bidang kesehatan dan tingginya angka kematian yang seharusnya dapat dicegah.
"Rendahnya akses layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan HIV, terutama dalam komunitas tertutup seperti Lapas/Rutan, juga menyebabkan dampak Yang tidak kita harapkan tersebut," ujar Bahrul yang juga Asisten IV Setkab Kukar ini.
Oleh karena itu, lanjut Bahrul, upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS menuntut keterlibatan banyak pihak seperti instansi pemerintah, KPAD, LSM, sektor swasta, anggota masyarakat bahkan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) itu sendiri.
"Semua harus terlibat dan berpartisipasi penuh. Berbagai upaya program dan sumber daya yang tersedia bagi pengendalian HIV harus dapat digalang, dikelola dan digunakan secara sinergis, efektif, efisien, tidak tumpang tindih dan berkesinambungan," pungkasnya. (win)
|