Sebelum ke Kutai Lama, Naga Bekenyawa di Samarinda Seberang Kapal pembawa naga mendekati dermaga AM Parikesit Samarinda Seberang sebelum melanjutkan perjalanan ke Kutai Lama Photo: Agri
Camat Samarinda Seberang Sumaryadi (kanan) ikut melakukan tepong tawar terhadap Putra Mahkota Kesultanan Kutai Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 19/07/2010 14:32 WITA
Dalam upacara Mengulur Naga, ada satu prosesi yang dilaksanakan di wilayah Samarinda Seberang yang disebut Naga Bekenyawa atau Naga Beristirahat.
Seperti yang dilakukan Minggu (18/07) kemarin, Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat selaku pimpinan rombongan pembawa naga beristirahat sejenak di Samarinda Seberang sebelum melanjutkan perjalanan ke Kutai Lama.
Kedatangan Putra Mahkota dan rombongan yang menaiki speedboat ini disambut hangat oleh masyarakat setempat. Suguhan tari Paduppa dari gadis-gadis Bugis, tarian Dayak Kenyah dari gadis-gadis desa Pampang serta musik tingkilan dari grup Karya Mahakam Samarinda Seberang turut menyemarakkan acara ini.
Dalam acara Naga Bekenyawa itu, beberapa tokoh masyarakat adat setempat, termasuk Camat Samarinda Seberang Sumaryadi, melakukan ritual tepong tawar terhadap Putra Mahkota dan sesepuh kerabat Kesultanan Kutai AR Soedjono.
Suguhan Tari Paduppa turut menyemarakkan acara Naga Bekenyawa di Samarinda Seberang Photo: Agri | | |
Ritual yang dilakukan masyarakat adat di Samarinda Seberang ini dimaksudkan untuk memohon kepada Allah SWT agar perjalanan rombongan pembawa Naga ke Kutai Lama berjalan lancar tanpa mengalami gangguan apapun. Tokoh adat setempat juga melakukan ritual tolak bala dengan melabuh Pinang Rakka, telur ayam dan Rekko Ota ke sungai Mahakam.
Saat kapal pembawa 2 replika naga melintasi dermaga AM Parikesit, sontak ratusan warga setempat bersorak sambil melambaikan tangan. Namun kapal pembawa naga ini tidak merapat ke dermaga, melainkan hanya melintas lebih dekat ke tepian agar dapat dilihat dengan jelas oleh warga.
Yang menarik, acara Naga Bekenyawa ini selalu diwarnai dengan rebutan kain kuning di dermaga AM Parikesit yang menjadi lintasan Putra Mahkota.
Beberapa warga bahkan sudah 'mengkavling' kain dengan memotong ujung kain agar mudah disobek. Begitu Putra Mahkota meninggalkan dermaga untuk melanjutkan perjalanan, suasana pun menjadi riuh oleh warga yang rebitan kain.
"Memang sudah menjadi tradisi warga disini, kain yang dilewati bangsawan Kesultanan Kutai diperebutkan karena dipercaya bisa membawa berkah," ujar Idris, warga setempat. (win)
|