Bepelas Malam Keenam Diwarnai Belimbur Beras Suasana lempar-lemparan beras di malam keenam Bepelas yang melibatkan seluruh hadirin Photo: Agri
Sejumlah pawang perempuan yang disebut Dewa menarik kain sebagai tempat menaruh uang dalam prosesi Dewa Menjala Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 18/07/2010 23:47 WITA
Upacara adat Bepelas pada malam keenam di Keraton Kutai Kartanegara, Tenggarong, Sabtu (17/08) malam, berlangsung semarak dan sangat meriah. Pasalnya, ratusan hadirin terlibat dalam Belimbur beras atau lempar-lemparan beras.
Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Rita Widyasari maupun para pejabat Muspikab lainnya tak luput dari serangan beras yang dilemparkan anggota kerabat Kesultanan Kutai maupun undangan lainnya.
Malam keenam upacara adat Bepelas memang selalu dinanti-nanti para kerabat Keraton. Pasalnya, kemeriahan dan keceriaan kerap mewarnai jalannya Bepelas malam tersebut.
Kemeriahan lainnya adalah ketika para hadirin, termasuk para pejabat serta Sultan H Adji Mohd Salehoeddin II, berebut Buah Bawar yang bergantungan di atas mereka. Buah Bawar merupakan aneka jajanan yang dibungkus dalam plastik bersama sebuah pisang.
Dalam Bepelas malam keenam itu, seperti biasa kembali terdengar bunyi ledakan keras dari kawasan dermaga Tenggarong. Bunyi ledakan itu terjadi setiap kali Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat menjejakkan kaki kanannya di atas sebuah gong.
Puncak kemeriahan Bepelas malam keenam juga diwarnai dengan acara Dewa Menjala. Dalam Dewa Menjala itu, Sultan Kutai bersama kerabat Keraton dan undangan memberikan kepingan uang logam maupun lembaran uang kertas ke dalam perahu kecil atau kain yang diseret para Dewa (sebutan untuk pawang wanita) dan Belian (sebutan untuk pawang pria).
Menurut Menteri Sekretaris Keraton, HAP Gondo Prawiro, uang yang terkumpul itu diperuntukkan bagi Dewa, Belian dan peniup suling yang telah bekerja keras selama berlangsungnya pesta adat Erau. "Hal ini menggambarkan kebersamaan dan rasa gotong-royong antara Raja bersama rakyatnya," jelasnya. (win)
|