Meriahkan Erau, Masyakat Dayak Benuaq Suguhkan Adat Pernikahan Dua pawang Belian terus berputar-putar saat melakukan ritual pengobatan terhadap mempelai wanita yang jatuh sakit Photo: Agri
Acara lamaran dalam adat Dayak Benuaq sekaligus mengantarkan seserahan Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 16/07/2010 14:49 WITA
Pesta adat Erau memang kental dengan atraksi seni budaya. Selain menampilkan budaya Keraton Kutai yang sakral atau pun kesenian rakyat Kutai, adat budaya masyarakat pedalaman pun turut menyemarakkan pagelaran Erau.
Salah satunya adalah upacara adat masyarakat suku Dayak Benuaq yang diperagakan di Pentas Seni Budaya Erau 2010, Rabu (14/07) lalu, di Jalan Jenderal Sudirman, Tenggarong.
Upacara adat Dayak Benuaq yang ditampilkan pada Erau 2010 kali ini adalah upacara adat pernikahan yang disebut Periputn Peluluqn. Adat pernikahan Dayak Benuaq ini diperagakan oleh Sanggar Seni Pondok Karya.
Yang menarik, peragaan upacara adat Periputn Peluluqn ini dibumbui pula dengan adegan ritual pengobatan oleh dua orang pawang Belian terhadap calon mempelai wanita yang jatuh sakit setelah dilamar.
Diiringi tetabuhan musik khas Dayak Benuaq, dua pawang Belian ini berkeliling sambil berputar-putar. Kendati demikian, kedua pawang Belian ini tak terlihat limbung walau telah berputar-putar dengan cepat.
Dikatakan Kepala Adat Besar Benuaq-Tonyoi-Bentian Kutai Kartanegara, A Bahron Osik, upacara pernikahan dalam masyarakat Dayak Benuaq diawali dengan prosesi lamaran yang dilakukan keluarga mempelai pria.
Kepala Adat memberkati kedua pengantin Photo: Agri | | |
Saat melamar, lanjut Bahron Osik, pihak calon mempelai pria membawa seserahan berupa mandau dan sumpit yang diletakkan di atas kain atau sarung didalam sebuah piring besar yang dalam bahasa Dayak Benuaq disebut Melawitn. "Setelah lamaran diterima keluarga mempelai wanita, barulah disepakati hari pernikahan," jelasnya.
Mengenai ritual Belian pada upacara adat pernikahan ini, Bahron Osik menjelaskan hal itu memang bisa saja terjadi. "Dulu memang pernah ada salah satu mempelai jatuh sakit jelang pernikahan, maka dari itu dilakukan pengobatan oleh Belian," imbuhnya.
Setelah mempelai sembuh dari sakitnya, pesta pernikahan pun diadakan dengan mengundang seluruh kerabat dan masyarakat setempat. Yang menikahkan adalah seorang Kepala Adat dengan membaca mantra memohon restu kepada leluhur pengantin pria dan wanita.
Perlengkapan pernikahan itu adalah sebuah gong besar untuk diduduki pasangan pengantin, lalu disebelah pengantin pria terdapat sebuah Guci besar berisi tombak, serta dihadapan pengantin diletakkan beraneka ragam makanan untuk dimakan bersama dua pihak kelurga dan undangan setelah upacara pernikahan selesai. (win)
|