Merangin Digelar Selama Tiga Malam Pawang belian berputar menaiki Binyawan Photo: Agri
Tetabuhan gendang turut mengiringi pelaksanaan ritual Merangin Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 10/07/2010 23:40 WITA
Bukan hanya orang-orang didunia nyata saja yang diundang dalam kemeriahan Erau, makhluk gaib pun tak lupa diberitahu. Ritual mengundang makhluk gaib tersebut dinamakan Merangin.
Ritual Merangin itu digelar tiga malam, mulai Rabu (07/07) malam lalu sampai dengan Sabtu (10/07) malam, kecuali malam Jum'at.
Upacara adat Merangin tersebut dimulai sejak pukul 20.00 WITA dipusatkan di Serapo Belian yaitu bangunan kayu beratap daun nipah yang terletak di samping Museum Mulawarman, Tenggarong.
Dengan melibatkan 7 orang Belian (sebutan untuk laki-laki ahli Memang atau Mantra) laki-laki dan 7 orang Dewa (sebutan untuk perempuan ahli Memang atau Mantra).
Pimpinan Dewa, Arbaenah mengatakan acara Merangin adalah ritual pendahuluan yang wajib dilaksanakan menjelang Erau, tujunnya adalah mengundang makhluk gaib untuk ikut serta dalam kemeriahan Erau.
“Merangin malam pertama ini, gunanya untuk memberitahu makhluk gaib yang berada di langit bahwa sebentar lagi Erau dilaksanakan,” ujar Arbaenah yang tahun ini berusia 82 tahun itu saat ditemui usai Merangin malam pertama.
Arbaenah menjelaskan bahwa pada malam kedua, Merangin bertujuan untuk memberitahu makhluk gaib yang berada di tanah, misalnya yang menghuni pepohonan, batu, serta digunung.
Sedangkan pada merangin malam ke tiga ditujukan untuk memberitahu makhluk gaib yang berada di air, lalu dikumpulkan ketiga makhluk gaib penghuni langit,tanah dan air tersebut.
Upacara adat Merangin ini diawali dengan pembacaan Memang (mantera) oleh salah satu dari tujuh Belain Laki yang mengelilingi Binyawan yang diletakkan di tengah bangunan. Sementara Arbaenah pimpinan Dewa ikut dalam lingkaran tersebut membakar kemenyan tampak sesekali menghamburkan beras kuning.
Binyawan adalah alat utama dalam ritual Merangin berbentuk tiang terbuat dari bambu, dan dibalut janur kuning yang disusun dari bawah hingga ke atas sebanyak 7 tingkat. Di bagian atas Binyawan terdapat replika burung enggang yang terbuat dari kayu. Sementara di bagian bawahnya terdapat replika kura-kura yang juga dibuat dari kayu.
Peralatan lainnya yaitu di sisi pinggiran dalam Serapo Belian terdapat dua ayunan yang terbuat dari kayu dengan rotan sebagai penggantungnya. Salah satu ayunan diukir dengan ornamen Buaya yang disebut Romba, sedangkan satu ayunan lagi disebut Ayun Dewa.
Bunyi tetabuhan gendang dan gong yang terus mengalun mengiringi ritual itu menambah suasana magis semakin terasa dalam upacara adat itu. Apalagi ketika 7 orang Belian mulai berputar mengelilingi Binyawan yang diletakkan di tengah bangunan.
Ketika para Belian terus berlari keliling sambil memegangi batang Binyawan, tiang Binyawan itu pun ikut berputar pada sumbunya. Para Belian tampak sesekali menaiki Romba yang berputar makin lama makin cepat itu.
Sementara itu, para Dewa yang terdiri dari 7 orang wanita sesekali melempar beras kuning ke arah para Belian terus berputar mengelilingi Binyawan dengan cepat.
Upacara adat Merangin ini diakhiri dengan tarian Dewa Bini yang juga ikut mengelilingi Binyawan. Namun berbeda dengan para Belian, tarian Dewa ini dibawakan secara lemah gemulai.
Di akhir acara, Koordinator Sakral Keraton Kukar Awang Imaludin mengatakan bahwa acara adat Merangin tersebut merupakan rangkaian dari ritual adat Menjamu Benua yang telah dilakukan pada siang harinya, dengan tujuan memberi tahukan kepada makhluk lain bahwa Erau akan digelar. (win/her)
|