Akibat Pendangkalan, Sungai Belayan Dikeruk Pendangkalan di sungai Belayan diperkirakan terjadi akibat erosi serta kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam Photo: Humas DPRD Kukar/Dian
Aktivitas pengerukan berupa penyedotan pasir terus dilakukan di beberapa titik sungai Belayan Photo: Humas DPRD Kukar/Dian
|
KutaiKartanegara.com - 25/11/2009 10:44 WITA
Lantaran sedimentasi berupa penumpukan pasir di dasar sungai, Sungai Belayan yang menjadi urat nadi perhubungan menuju pedalaman Kutai Kartanegara (Kukar), khususnya Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang, mengalami pendangkalan di beberapa titik.
Jika tidak dikeruk, akses transportasi sungai menuju Kecamatan Tabang, baik oleh kapal penumpang maupun angkutan barang, terutama di musim kemarau akan terhenti hanya sampai di Desa Tuana Tuha, Kecamatan Kembang Janggut.
Melalui dana subsidi Provinsi Kalimantan Timur, pengerukan pun telah dilakukan beberapa titik sungai yang mengalami pendangkalan. Upaya pengerukan pasir di dasar sungai Belayan ini pun mendapat perhatian dari Komisi II DPRD Kukar.
Oleh karena itu, rombongan Komisi II DPRD Kukar yang berjumlah 8 orang dipimpin Suwaji belum lama ini melakukan peninjauan langsung ke lapangan.
Menurut pimpinan proyek atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Pengerukan Sungai Belayan, Anwar, kegiatan pengerukan dikerjakan kontrkator PT Guna Karya Nusantara (PT GKN) Jakarta. "Awal pekerjaan sejak September 2008 dengan dana subsidi Pemprov Kaltim sebesar Rp 35,53 milyar lebih," ujarnya.
Sebelum dilakukan pengerukan, lanjutnya, pihak kontraktor telah melakukan sounding atau pemantauan perubahan kedalaman dasar sungai di sepanjang alur sungai Belayan, yakni mulai hulu di Kecamatan Tabang hingga hilir di Kecamatan Kembang Janggut.
Dikatakan Anwar, dari kegiatan sounding ini ditemukan ratusan titik pendangkalan. Pendangkalan yang hebat terjadi antara Desa Genting Tanah dengan Desa Tuana Tuha sepanjang 18 km di Kecamatan Kembang Janggut. Di antara dua desa ini ada 57 titik pendangkalan yang cukup serius.
"Proyek pengerukan ini sudah mencapai 73 persen dari target kontrak pengerukan material pendangkalan sebesar 789.000 meter kubik pasir," jelasnya.
Ditambahkan Yunus selaku pelaksana teknis proyek dari PT GKN, proyek penyedotan pasir ini direncanakan berakhir pada bulan Desember 2009.
Proyek pengerukan dasar sungai Belayan mendapat perhatian serius dari pihak Komisi II DPRD Kukar Photo: Humas DPRD Kukar/Dian | | |
Hingga kini, tinggal 3 titik sedimentasi pasir yang belum disedot dari 57 titik yang harus disedot. Untuk penyedotan pasir ini, pihak PT GKN menggunakan 2 buah mesin sedot berkekuatan 250 dan 350 meter kubik per jam.
Sedang untuk lokasi penyedotan, dipilih yang memiliki kedalaman sungai yang ideal yaitu antara 4 hingga 5 meter. "Kurang atau lebih dari kedalaman itu mesin sedotnya tidak mampu berfungsi," ujarnya.
Oleh sebab itu, tambah Yunus, kendala yang dihadapi dalam pekerjaan ini adalah fluktuasi tinggi air yang acap berubah. Akibatnya, ada beberapa hari pekerjaan harus tertunda sambil menunggu kedalaman sungai yang ideal itu.
Hasil sedotan berupa pasir tersebut kemudian ditumpuk di tepian sungai yang sebelumnya telah diberi sekat atau tanggul berupa karung pasir agar tidak larut kembali ke dasar sungai bila terjadi hujan.
Usai mendengarkan penjelasan tersebut, Wakil Ketua Komisi II DPRD Kukar, Suwaji, mengatakan, keberadaan proyek ini harusnya dapat memberikan nilai tambah bagi warga sekitar, terutama dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan.
Menurutnya, nilai tambah itu bukan hanya kelancaran arus angkutan sungai di kawasan Belayan saja, akan tetapi material hasil sedotan berupa pasir tersebut juga dapat dimanfaatkan rakyat antara lain dilelang atau dijual kepada pengusaha material bangunan yang ada di Tenggarong atau Samarinda.
"Jika dikomersialkan, selain akan memberikan kontribusi bagi peningkatan PAD, masyarakat juga dapat menikmati nilai ekonominya. Selama ini pasir-pasir yang jumlahnya ratusan ribu kubik itu hanya teronggok di bantaran sungai dan tidak dimanfaatkan," ujarnya.
Sekedar informasi, sungai Belayan yang panjangnya mencapai 90 km merupakan anak sungai Mahakam yang bermuara di Desa Liang, Kecamatan Kota Bangun.
Sedimentasi atau pendangkalan di sungai ini diperkirakan akibat kerusakan lingkungan di wilayah hulu seperti erosi akibat penggundulan hutan, kegiatan tambang emas rakyat atau kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan. (joe)
|