Mengulur Naga dan Belimbur Warnai Puncak Perayaan Erau Dua replika Naga Erau saat dibawa menuju dermaga depan Museum Mulawarman untuk diberangkatkan menuju Desa Kutai Lama Photo: Agri
Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat (kiri) melakukan ritual tepong tawar terhadap 2 replika Naga Erau Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 02/08/2009 23:16 WITA
Puncak kemeriahan Festival Erau 2009 tadi siang diwarnai dengan dilaksanakannya upacara adat Mengulur Naga dan Belimbur.
Prosesi Mengulur Naga sekaligus penutupan Festival Erau 2009 ini dipusatkan di halaman Keraton Kutai Kartanegara atau Museum Mulawarman, Tenggarong.
Upacara Mengulur Naga dari Tenggarong menuju Kutai Lama ini mendapat perhatian antusias dari ribuan warga. Buktinya, sejak pagi warga telah memadati kawasan Museum Mulawarman untuk menanti puncak perayaan Erau itu.
Selain dihadiri Sultan Kutai H Adji Mohd Salehoeddin II dan permaisuri, penutupan Erau 2009 juga dihadiri Wakil Gubernur (Wagub) Kalimantan Timur (Kaltim) H Farid Wadjdy, Pj Bupati Kukar dan Muspida, serta kerabat Kesultanan Kutai.
Penutupan Erau 2009 sendiri dilakukan Wagub H Farid Wadjdy, mewakili Gubernur H Awang Faroek Ishak yang berhalangan hadir. Gubernur Kaltim melalui Farid Wadjdy memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pemkab Kukar dan pihak Kesultanan Kutai yang telah melaksanakan pesta adat Erau dengan baik, aman dan lancar.
Wagub Kaltim Farid Wadjdy saat membacakan sambutan tertulis Gubernu Awang Faroek Photo: Agri | | |
"Erau merupakan salah satu khasanah budaya di Kaltim yang turut memberi andil bagi khasanah budaya nasional. Oleh karena itu, Festival Erau patut kita lestarikan di masa mendatang," ujarnya.
Sementara dikatakan Pj Bupati Kukar Sjachruddin, Erau memiliki arti penting bagi bagi Pemkab Kukar dan pihak Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
"Penyelenggaraan Erau menjadi bukti nyata eksistensi kedua belah pihak dalam upaya untuk terus aktif dalam pelestarian adat dan budaya daerah," kata Sjachruddin.
Menurut Pj Bupati Kukar, selama ini Kukar masih mengandalkan potensi sumber daya alam yang kelak bakal habis. "Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita melirik potensi sumber daya lainnya untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, salah satunya lewat pariwisata," imbuhnya.
"Sektor pariwisata menjadi salah satu pilihan yang cukup potensial untuk kita kembangkan ke depan. Besarnya potensi pariwisata yang ditopang oleh kekayaan dan keanekaragaman seni budaya yang dimiliki daerah ini, menjadi alasan yang sangat rasional untuk kita tingkatkan," demikian katanya.
Penutupan Erau 2009 ditandai pula dengan pembacaan riwayat Naga Erau oleh kerabat Keraton Kutai, Asmuni. Sebelum dua replika naga dilepas untuk diberangkatkan menuju Kutai Lama, terlebih dahulu dilakukan ritual tepong tawar oleh Putra Mahkota Kesultanan Kutai HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat.
Setelah itu, Putra Mahkota kemudian memimpin keberangkatan dua replika naga menuju Desa Kutai Lama di Kecamatan Anggana yang merupakan ibukota pertama Kerajaan Kutai Kartanegara.
Seiring dengan diberangkatkannya Naga Erau, air tuli yang diambil dari Kutai Lama telah tiba di Tenggarong. Air tersebut kemudian dipercikkan Sultan Kutai sebagai tanda dimulainya Belimbur yang diiringi bunyi sirine dari mobil PMK Kukar. Saling siram pun terjadi di hampir seluruh penjuru kota Tenggarong, khususnya di kawasan tepian sungai Mahakam. (win)
|