Ada Perang Beras di Bepelas Malam Keenam Para hadirin, baik tua maupun muda, saling melempar butiran beras di malam terakhir Bepelas Photo: Agri
Warga asing yang hadir tak luput dari lemparan beras Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 21/12/2008 19:27 WITA
Ruangan Setinggil Keraton Kutai Kartanegara tampak begitu penuh sesak Sabtu (20/12) malam. Ratusan hadirin berjubel untuk menyaksikan malam keenam pelaksanaan upacara adat Bepelas.
Selain disaksikan para kerabat Keraton, acara ini dihadiri pula oleh Asisten I Setprov Kaltim Sjachruddin, Sekkab HM Aswin beserta jajaran Muspikab Kukar.
Malam keenam upacara adat Bepelas memang selalu dinanti-nanti para kerabat Keraton. Pasalnya, kemeriahan dan keceriaan kerap mewarnai jalannya Bepelas malam tersebut.
Yang paling heboh adalah ketika seluruh hadirin, termasuk para pejabat sekalipun, berebut Buah Bawar yang bergantungan di atas mereka. Buah Bawar sendiri sebenarnya bukan buah dari tumbuh-tumbuhan. Melainkan aneka jajanan yang dibungkus dalam plastik bersama sebuah pisang.
Dan yang paling seru dan membuat suasana semakin riuh adalah ketika acara diakhiri dengan Betebak Beras atau saling melempar beras. Betebak Beras dilakukan setelah para penari lelaki yang dipimpin Putra Mahkota Kesultanan Kutai HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat melakukan tari Kanjar mengelilingi Tiang Ayu atau disebut pula Seluang Mudik.
Saat para penari pria termasuk Sjachruddin dan Sekkab HM Aswin melakukan Seluang Mudik, sesekali Sultan Kutai H Adji Mohd Salehoeddin II dan permaisuri melempar beberapa butir beras ke arah mereka.
Putra Mahkota Kesultanan Kutai dan Sekkab HM Aswin (tengah) ikut mengambil Buah Bawar yang tergantung di atas kepala mereka Photo: Agri
Dan puncaknya, seluruh hadirin yang memang telah menggenggam beras mulai saling melempar beras satu sama lain. Beberapa turis asing yang hadir malam itu juga tak luput dari lemparan beras. Namun tak ada yang marah akibat lemparan itu, yang ada hanya tawa ceria.
Dalam Bepelas itu, seperti biasa kembali terdengar bunyi ledakan keras dari kawasan dermaga Tenggarong. Bunyi ledakan itu terjadi setiap kali Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat menjejakkan kaki kanannya di atas sebuah gong.
Pada Bepelas malam ke-6 tersebut, bunyi ledakan pun terdengar sebanyak 6 kali. Kerasnya bunyi ledakan membuat para hadirin, apalagi warga yang tumpah ruah di sekitar Keraton Kutai Kartanegara, menjadi
begitu terkejut.
Puncak kemeriahan Bepelas malam keenam juga diwarnai dengan acara Dewa Menjala. Dalam Dewa Menjala itu, Sultan Kutai bersama kerabat Keraton dan undangan memberikan kepingan uang logam maupun lembaran uang kertas ke dalam perahu kecil atau kain yang diseret para Dewa (sebutan untuk pawang wanita) dan Belian (sebutan untuk pawang pria).
Menurut Menteri Sekretaris Keraton, HAR Gondo Prawiro, uang yang terkumpul itu diperuntukkan bagi Dewa, Belian dan peniup suling yang telah bekerja keras selama berlangsungnya pesta adat Erau. "Hal ini menggambarkan kebersamaan dan rasa gotong-royong antara Raja bersama rakyatnya," jelas Gondo Prawiro. (win)
|