Bunyi Ledakan Warnai Malam Bepelas Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat saat melaksanakan ritual Bepelas malam keempat, Rabu (17/12) malam Photo: Agri
Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat memohon izin kepada Sultan Kutai sebelum melakukan ritual Bepelas Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 18/12/2008 15:19 WITA
Bunyi ledakan terdengar begitu keras dari arah dermaga depan Keraton Kutai Kartanegara atau Museum Mulawarman, Tenggarong. Sejumlah warga yang tengah melintas atau berada di sekitar kawasan itu pun terkejut.
Bagi sebagian warga Tenggarong, bunyi ledakan pada malam hari selama berlangsungnya Erau merupakan hal yang lumrah. Pasalnya, suara ledakan itu merupakan salah satu bagian dari upacara adat Bepelas.
Upacara adat Bepelas merupakan salah satu ritual yang rutin digelar saban malam, kecuali malam Jum'at, di lingkungan Keraton Kutai Kartanegara.
Dalam puncak ritual itu, Sultan Kutai berjalan menuju Tiang Ayu sambil berpegangan dengan Kain Cinde di kiri dan Tali Juwita di kanan. Setibanya di depan Tiang Ayu, Sultan Kutai akan meletakkan kaki kanannnya terlebih dahulu di atas gong.
Lantas, seorang Tukang Belian sambil membaca mantera akan melakukan Tempong Tawar dengan memercikkan air kembang ke kaki Sultan. Pada saat Sultan menjejakkan kaki kanannya di atas gong itulah suara ledakan menggelegar.
Sultan Kutai HAM Salehoeddin II saat melaksanakan Bepelas malam pertama Photo: Agri | | |
Setelah itu, Sultan Kutai berjalan balik dan kembali lagi menuju Tiang Ayu untuk meletakkan kaki kirinya di atas gong. Namun, tidak ada suara ledakan jika kaki kiri Sultan diletakkan di atas gong.
Dengan semakin bertambahnya waktu pelaksanaan Erau, semakin bertambah pula suara ledakan yang terdengar. Misalnya malam pertama hanya sekali ledakan, malam kedua ada dua kali ledakan, begitu seterusnya hingga malam ketujuh yang terdengar 7 kali ledakan.
Menurut Menteri Sekretaris Keraton HAR Gondo Prawiro, upacara adat Bepelas dimaksudkan untuk memberi kekuatan kepada Sultan dalam menjalankan pemerintahan atau adat.
Dan khusus pelaksanaan Erau tahun ini, upacara adat Bepelas malam pertama dan malam terakhir dilakukan Sultan Kutai H Adji Mohd Salehoeddin II. "Sedangkan upacara adat Bepelas di antara malam pertama dan terakhri dilakukan Putra Mahkota," jelasnya.
Dikatakan Gondo Prawiro, hal ini dilakukan mengingat kondisi Sultan HAM Salehoeddin II yang sudah lanjut. Sehingga tidak dapat lagi melakukan kegiatan fisik setiap malam selama Erau.
Kendati demikian, lanjutnya, Sultan HAM Salehoeddin II tetap hadir menyaksikan ritual Bepelas yang dilakukan Putra Mahkota H Adji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat. (win)
|