Nelayan Desa Tanjung Limau Laksanakan Pesta Laut Prosesi melarung sesajen di perairan Selat Makassar menjadi inti pelaksanaan Pesta Laut Photo: Humas Kukar/Rudy
Para petugas sibuk menyiapkan sesajen diatas perahu kecil sebelum dibawa ke tengah laut Photo: Humas Kukar/Rudy
|
KutaiKartanegara.com - 14/10/2008 16:58 WITA
Pesta Laut di Pesisir Pantai Pangempang, Desa Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara (Kukar), Minggu (12/10) lalu berlangsung meriah.
Ratusan orang memadati Pantai Pangempang menyaksikan prosesi adat "Mappanre Kampong", sebagai tanda syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT. Acara itu merupakan adat-istiadat masyarakat setempatyang berasal dari Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kegiatan Pesta Laut Pangempang pun terasa unik. Pesta Laut dikenal kental dengan budaya Bugis itu ternyata juga diwarnai budaya daerah lain. Bahkan seni budaya Jawa, Kutai dan Banjar ikut memeriahkan dengan berbagai lomba perahu tradisional.
"Pesta laut merupakan ritual masyarakat pesisir sebagai tanda syukur atas melimpahnya hasil laut sebagai rezeki yang diberikan Yang Maha Kuasa kepada manusia. Ritual ini merupakan bentuk rasa syukur sebagai fitrah manusia atas segala nikmat dan karunia Tuhan YME," ujar Wakil Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kukar, Fahrodin membacakan sambutan Plt Bupati Samsuri Aspar.
Ditegaskan, Pemkab Kukar mendukung pelestarian budaya yang berada di Kukar termasuk Pesta Laut di Pangempang. Pesta laut sebagai ritual tradisional tentu saja menampilkan artefak-artefak kebudayaan dari sebuah kelompok etnik tertentu. Eksotisme kultural inilah yang menjadikan harapan Pemkab Kukar agar menjadi daya tarik pariwisata.
"Sungguh harapan besar jika masyarakat Tanjung Limau dapat semakin mengggali potensi kultural, untuk menjaga kelestarian warisan budaya. Warisan budaya untuk dapat dipertahankan identitas kulturalnya dan dipandang positif sebagai keunikan dalam rangka multikulturalisme dan bukannya menekan pentingnya perbedaan di dalam pluralisme," jelasnya lagi.
Daeng Muklis menggantungkan Ance-Ance di sebuah pohon Photo: Humas Kukar/Rudy | | |
Satu upaya penting adalah dokumentasi atau catatan sejarah dari setiap artefak-artefak budaya dimiliki. Upaya itu dapat memelihara dan menjaga bukti identitas dan kepemilikan budaya, untuk menghindari klaim kepemilikan warisaan budaya potensial sebagai komoditi pariwisata pihak lain.
"Kesadaran saling bekerjasama antara berbagai lapisan masyarakat memiliki berbagai kultur dan budaya dengan pemerintah hendaknya terus ditingkatkan. Sehingga potensi dimiliki dapat terus dikembangkan, diangkat ke permukaan agar menjadi komoditi pariwisata unggulan. Guna suksesnya program Pemkab Kukar," tuturnya.
Melarung Sesajen
Pesta Laut didahului acara kecil, disebut Kela-kela, sebuah ritual di akhir bulan Syafar (penanggalan Islam). Daeng Muklis, selaku pemangku adat mengisahkan inti dari Pesta Laut yang dinamakan Melarung (memberikan sesajen ke laut). Sajen yang dilarung berupa keranjang yang terbuat dari anyaman bambu berhiaskan daun kelapa diberi tali pengikat dinamakan Ance-Ance.
"Di dalam Ance-Ance itu diisi nasi ketan warna merah, kuning dan hitam, yang dibentuk seperti tumpeng, di atasnya diletakkan sebutir telur. Selain itu terdapat ayam panggang, sesisir pisang dan lilin," katanya.
Ance-Ance itu diletakan di 4 tempat. Sajen pertama diletakkan di Dusun Pangempang, di mana warga menggantung Ance-Ance di pohon. Sebelum digantung Ance-Ance tersebut dimantrai atau didoakan pemangku adat. Prosesi ini dimaksudkan agar Pengempang beserta warganya, tidak mendapat gangguan dan marabahaya dari laut.
Sesajen berikutnya dibawa melarung ke laut dengan sebuah kapal atau perahu yang diberi hiasan dan cat berwarna kuning, di dalamnya terdapat 3 Ance-Ance. Sampan itu dinaiki 2 orang, masing-masing memiliki peranan sebagai pendayung dan pembawa Ance-Ance.
Tempat kedua dan ketiga sesajen, diikatkan di salah satu pohon di muara dan ulu Pulau Pangempang. Pulau tersebut berada 100 meter di seberang Dusun Pangempang. Prosesi ini juga dimaksudkan untuk memohon agar warga masyarakat yang mencari ikan, tidak mendapatkan gangguan dan marabahaya.
Terakhir Ance-Ance di bawa ke laut. Prosesi ini dimaksudkan untuk menarik sebanyak-banyaknya hasil laut masuk ke Pangempang. Juga agar musim tahun ini, nelayan asal Pangempang mendapat hasil melimpah. Kejadian menarik dari prosesi melarung sajen di Pangempang, selalu diperebutkan oleh warga setempat dan para pengunjung.
"Pesta Laut di Pangempang ini merupakan suatu momentum penting dalam setiap tahunnya. Karena ini adalah suatu ajang untuk berkumpul dalam membina silaturahmi antara satu sama lain sehingga tercipta suatu kerukunan," jelas Daeng Muklis. (win)
|