Perkembangan Terakhir HIV/AIDS Belum Diketahui
Kasubdin Pemberantasan Penyakit Dinkes Kukar H Koentijo Wibdarminto Photo: Bastian
|
KutaiKartanegara.com - 11/09/2008 23:41 WITA
Perkembangan maupun sebaran penderita penyakit HIV/AIDS di Kutai Kartanegara (Kukar) selama kurun waktu 2008 atau hingga bulan September ini ternyata belum dapat diketahui.
Pasalnya Dinas Kesehatan (Dinkes) Kukar tidak diberi kewenangan melakukan pendataan, kecuali jika telah mendapat izin dan bekerjasama dengan Dinkes Provinsi Kaltim.
Sementara Badan Penanggulangan HIV/AIDS Daerah (KPAD) Kukar yang dibentuk akhir tahun 1990an hingga saat ini samasekali belum melakukan kegiatan apa-apa. Padahal fenomena gunung es terhadap sebaran penyandang HIV/AIDS diyakini terus terjadi.
Hal tersebut terungkap dalam wawancara media ini dengan Kepala Sub Dinas (Kasubdin) Pemberantasan Penyakit (P2) Pada Dinkes Kukar, drg H Koentijo Wibdarminto MA di Tenggarong.
Menurut Koentijo, sejak 2002 hingga 2007 lalu di Kukar terdapat 54 penderita positif AIDS dan tertinggi pada 2006 ditemukan 15 orang terinfeksi HIV.
Sedang data terakhir yang dapat dihimpun pada 2007 hanya ditemukan 4 penderita positif AIDS. “4 penderita AIDS ini ditemukan hanya di salah satu dari beberapa lokalisasi yang ada di Kukar,” ujarnya.
Dia menolak jika disebutkan pihaknya tidak proaktif dalam masalah penanggulangan HIV/AIDS di Kukar.
Dikatakan Koentijo, pihaknya sudah berusaha beberapa kali berkomunikasi dengan P2 Dinkes Kaltim untuk melakukan pendataan maupun penyuluhan di Kukar, namun hingga kini belum juga ditanggapi secara serius. “Baik lisan maupun melalui surat secara resmi sudah disampaikan,” ujarnya.
Dia sempat mengancam jika 2008 ini tidak juga dilakukan pendataan ulang dan penyuluhan HIV/AIDS di Kukar, maka pihaknya di anggaran 2009 mendatang akan berjalan sendiri sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang diembannya. “P2 Dinkes Kukar akan melakukan pendataan dan penyuluhan sesuai kemampuan yang dimiliki,” katanya.
Menurutnya pendataan dan penyuluhan ini dilakukan dua cara yaitu pertama dengan mengambil sampel darah (serum survey) bagi mereka yang terindikasi kuat terjangkit HIV/AIDS, seperti penghuni di lokalisasi WTS.
Sampel darah ini kemudian dibawa untuk kemudian diperiksa di laboratorium. Kedua melalui metode VCT (visite, counseling and test) atau memberikan bimbingan, pengarahan maupun konseling terutama bagi penyandang yang telah dinyatakan positif AIDS.
Menurutnya, kedua metode untuk menekan penyebaran AIDS ini sangat efektif jika dijalankan secara bersamaan. Upaya lain seperti melalui Slogan, Poster, Baliho dan sejenisnya diragukan keefektifannya. “Sebab masalah AIDS kini sudah mengkhawatirkan,” demikian katanya. (joe)
|