Presiden Hitung-Hitungan Soal Subsidi BBM & Listrik SBY: Kami Masih Punya Hati
Presiden SBY saat mengungkapkan alasan pemerintah menaikkan harga BBM Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 07/07/2008 13:30 WITA
Terus meroketnya harga crude oil atau minyak mentah dunia mengundang keprihatinan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pasalnya, negara masih memberikan subsidi terhadap harga penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun tarif listrik dalam negeri.
Di hadapan hadirin dan masyarakat Kutai Kartanegara (Kukar) pada peresmian PLTU Embalut, Sabtu (05/07) lalu, Presiden pun mengungkapkan alasan mengapa pemerintah harus menaikkan harga BBM.
"Tak pernah dalam sejarah dunia dan Indonesia, harga crude oil menembus lebih dari 80 dollar As tiap barelnya. Bukan hanya 80 dollar As, bahkan telah menembus 100 hingga 120 dolar AS," ujar Presiden SBY.
Akhirnya, lanjut SBY, Indonesia mengikuti negara-negara lain yakni terpaksa menaikkan harga BBM agar ekonomi bangsa ini tidak ambruk. "Tetapi nampaknya, harga minyak itu masih naik. Dan hari-hari sekarang ini harganya sudah mencapai 145 dollar AS/barel," imbuhnya.
Dijelaskan SBY, jika harga minyak dunia mencapai 140 dollar AS per barel, maka negara mensubsidi BBM sekitar Rp 204,9 triliun atau 1/5 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Kalau harganya sampai 150 dollar AS/barel, maka subsidi atau porsi dari APBN kita untuk menutup ketekoran harga yang dibayar oleh rakyat dengan yang harus ditalangi pemerintah, mencapai Rp 229,5 triliun. Dan kalau sampai 160 dollar AS per barel, subsidi menjadi Rp 254 triliun," paparnya.
Lain lagi dengan listrik yang juga masih disubsidi. Kenaikan minyak dunia turut mempengaruhi subsidi listrik oleh pemerintah. Jika harga minyak dunia 140 dollar AS/barel, maka subsidi listrik sekitar Rp 80 triliun. Kemudian jika 150 dollar AS/barel maka subsidi menjadi Rp 90 triliun.
Apabila ditambahkan, subsidi negara untuk BBM dan listrik pada harga minyak dunia 150 dollar AS/barel, maka subsidi yang harus ditalangi menjadi Rp 320 triliun atau hampir 1/3 dari APBN. "Hampir sama dengan pengeluaran lembaga-lembaga pemerintahan kita," katanya.
Di tengah tekanan kenaikan harga minyak mentah dunia itu, lanjut SBY, pemerintah terus berusaha mencari langkah-langkah baru agar masyarakat Indonesia tidak menerima beban berlebihan.
"Tentu tidak mungkin pemerintah terus menaikkan harga BBM. Tidak mungkin kita ikut-ikutan negara lain, harga minyak naik terus BBM naik. Tidak mungkin! Kami punya hati, kami punya empati. Kami punya batas-batas mengenai keputusan dan kebijakan tentang BBM ini," ujarnya. (win)
|