Guru Kecamatan Samboja Dilatih Penanggulangan DBD
dr Neni saat memberikan materi pelatihan tentang penanggulangan nyamuk Aedes aegypti Photo: VICO Indonesia/Bastian
|
KutaiKartanegara.com - 01/05/2008 11:56 WITA
Kendati Kecamatan Samboja bukan merupakan daerah endemis penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), namun sebagai langkah antisipatif pihak Puskesmas Samboja melakukan upaya penanggulangan dengan melibatkan pihak sekolah sebagai ujung tombak dalam memberantas penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti itu.
Untuk mewujudkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di wilayahnya, pihak Puskesmas Samboja bekerjasama dengan VICO Indonesia selaku penyandang dana kegiatan menggelar pelatihan bagi seluruh guru UKS/Penjaskes di Samboja. Pelatihan yang berlangsung mulai 22 hingga 24 April lalu digelar di Aula BOS Samboja.
Selama pelatihan para guru Penjaskes dari 26 SD, 8 SLTP dan 6 SLTA mendapatkan pembekalan di antaranya mengenai pemberantasan nyamuk DBD, survey jentik, DBD dan penularannya. Adapun pemateri pada pelatihan ini adalah dr Neni Sundari, dr Tommy, dr Puspita dan drg Roni dari Puskesmas Samboja.
Menurut pimpinan Puskesmas Samboja dr Neni Sundari, penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang dapat menimbulkan kematian dan sering menimbulkan wabah.
"Dalam pemberantasannya, yang paling efektif adalah memberantas nyamuk penularnya. Karena sampai sekarang belum ditemukan vaksin untuk pencegahan. Sementara fogging atau pengasapan bukanlah cara yang tepat untuk pencegahan," ujar dokter jebolan UGM Yogyakarta ini.
Setelah mendapatkan pelatihan, para guru nantinya akan memberikan tugas kepada para siswa di sekolah masing-masing untuk menyampaikan kartu jentik dan pelajaran tentang PSN DBD kepada orangtua maupun tetangga.
Photo: | | |
"Untuk siswa SD kelas I hingga III hanya bertugas membagikan kartu ke orangtua di rumah. Kelas IV hingga VI bertugas memantau jentik dan mengisi kartru jentik di rumah sendiri dan 2 rumah tetangga," jelasnya.
Sedangkan untuk siswa SLTP dan SLTA, lanjutnya, sebagai pemantau jentik di rumah sendiri dan 3 rumah tetangga. "Jadi siswa diwajibkan memeriksa apakah di rumahnya ada jentik. Setelah itu mereka akan membasmi dengan cara menguras bak air, atau memelihara ikan Cupang, kemudian menuliskannya dalam lembar kartu. Tiap sekolah akan melaporkan Angka Bebas Jentik ke Puskesmas Pembantu, Polindes atau puskesmas terdekat dari sekolah," imbuhnya.
Ditambahkan dr Neni, program ini mendapat dukungan penuh dari Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Samboja. "Bahkan program ini akan dimasukkan sebagai mata pelajaran muatan lokal," ujar Neni yang sudah 5 tahun bertugas di Samboja.
Menurut Reni, saat ini pihaknya sudah memesan 8.000 lembar Kartu Pemeriksaan Jentik untuk dibagikan ke seluruh Samboja, dengan catatan 1 rumah 1 kartu. Kartu tersebut mencantumkan logo Pemkab Kutai Kartanegara, Dinas Pendidikan dan BPMIGAS-VICO Indonesia selaku sponsor utama.
Berdasarkan data siswa dari 40 sekolah se-Kecamatan Samboja, jumlah siswa mencapai 5.510 orang. Sehingga bila setiap siswa dapat memantau 2 rumah maka diharapkan sekitar 11.020 rumah bisa bebas jentik. Sedangkan jumlah rumah di wilayah Puskesmas Samboja dari 15 Kelurahan diasumsikan dengan jumlah KK sekitar 7.994 maka seluruh rumah di bisa tercakup semua. Dalam PSN DBD semakin tinggi angka bebas jentik akan bermakna sekali dalam menekan angka penularan DBD.
Diakui dr Neni, hingga saat ini penyakit DBD di Samboja masih bersifat sporadis. Melalui program PSN DBD anak sekolah ini, pihak puskesmas Samboja berharap penularan DBD dapat ditekan sekecil mungkin.
Program ini bisa berjalan secara berkelanjutan namun perlu dukungan lintas sektoral. "Kami berterimakasih kepada VICO Indonesia atas perhatiannya yang begitu tinggi terhadap peningkatan kualitas kesehatan dalam mendukung program Indonesia Sehat 2010," katanya. (bas)
|