Wabah DBD Serang Muara Badak, Satu Penderita Meninggal Dunia
Petugas fogging saat melakukan penyemprotan di salah satu rumah warga Desa Badak Baru Photo: Bastian
|
KutaiKartanegara.com - 27/03/2008 23:17 WITA
Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) semakin merebak di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Buktinya, sepanjang Januari-Maret 2008 telah tercatat 1 penderita meninggal dunia dari 24 kasus DBD yang menyerang Muara Badak.
Dari seluruh kasus DBD tersebut, jumlah terbanyak adalah di Desa Badak Baru yang mencapai 17 kasus, disusul Desa Muara Badak Baru dengan 7 kasus DBD.
Untuk menanggulangi penyebaran nyamuk Aedes aegypti penyebar DBD tersebut, pihak Puskesmas Desa Badak Baru tadi siang menggelar fogging atau pengasapan di kawasan RT 18 dan RT 17.
Meskipun pihak Puskesmas mengakui bahwa upaya fogging bukan langkah yang tepat, namun fogging terpaksa dilakukan untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti.
Pembiayaan fogging di Desa Badak Baru ditangani langsung pihak pemerintah desa setempat Photo: Bastian | | |
Masih maraknya kasus DBD di Muara Badak menurut Kepala Puskesmas Desa Badak Baru, dr Djemiy Jefry Rantung, karena kurangnya kesadaran warga dalam menerapkan 3M serta kurang menjaga pola hidup bersih dan sehat.
"Misalnya bubuk abate bantuan VICO Indonesia kepada Puskesmas yang sudah dibagikan kepada warga ternyata hanya disimpan di rumah dan tidak dimasukkan ke dalam bak air. Ini sangat disayangkan, karena ada beberapa temuan di rumah warga di Desa Badak Baru yang terkena DBD banyak ditemukan jentik nyamuk," ujarnya.
Ditambahkan dr Djemiy, dalam pelaksanaan fogging ternyata masih banyak warga yang menolak rumahnya disemprot. Dua orang petugas dari Puskesmas Badak Baru yakni Ambo Alwi dan Anto jadi serba salah lantaran banyak warga menolak di fogging di dalam rumahnya.
Diakui Djemiy, sampai saat ini dana penanggulangan DBD belum ada dari Dinas Kesehatan. "Makanya kami minta bantuan pihak Pemerintah Desa setempat," kata dr Djemiy saat ditemui saat pelaksanaan fogging di RT 18.
Kegiatan fogging yang menarik perhatian anak-anak Desa Badak Baru Photo: Bastian | | |
Untuk melaksanakan fogging, lanjutnya, pihak Puskesmas hanya mendapat bantuan Malation dari Dinkes Kukar. Sementara untuk fogging dilaksanakan sebanyak dua kali di daerah endemik seperti di RT 18 dan sekitarnya. "Untuk sekali fogging diperlukan 40 liter solar yang dicampur dengan 2 liter malation," jelasnya.
Sementara Kades Badak Baru Abdul Majid mengaku prihatin atas wabah DBD yang melanda desanya. "Banyak warga yang terkena DBD, bukan hanya anak-anak tapi bahkan juga ada orang dewasa," ujarnya Abdul Majid.
Untuk melaksanakan fogging, Majid mengaku terpaksa 'mengemis' ke beberapa warga dan pengusaha yang ada di Badak Baru untuk membantu biaya fogging. "Karena kami dari desa tidak punya biaya, tapi demi kemanusiaan saya terpaksa meminta-minta," akunya.
Menurut Abdul Majid, jumlah dana yang harus dikeluarkan mencapai Rp 1,5 juta. "Biaya tersebut untuk pembelian 40 liter solar, 20 liter bensin, tenaga fogging dan konsumsi. Alhamdulillah tenaga fogging bisa gratis dari Puskesmas," pungkasnya. (bas)
|