Lestarikan Sastra Tradisional Lewat Gelar Sastra Kutai Gelar Sastra Kutai 2007 diisi dengan berbagai suguhan sastra lisan tradisional, termasuk seni Besyair yang dibawakan Masrani dari Sanggar Budaya Karya Budi Photo: Agri
Aksi para seniman Kukar membawakan kesenian Beladon Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 03/01/2008 15:46 WITA
Kutai Kartanegara (Kukar) tidak hanya dikaruniai kekayaan alam yang berlimpah, namun juga memiliki kekayaan seni budaya yang begitu beragam. Salah satunya adalah seni sastra tradisional.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan sastra tradisional di daerah ini, khususnya sastra lisan, seolah tenggelam dan bahkan terancam kepunahan.
Untuk menjaga kelestariannya, Dinas Pariwisata & Budaya (Disparbud) Kukar pada akhir tahun 2007 lalu menggagas sebuah acara bertajuk Gelar Sastra Kutai 2007 yang berlangsung di gedung Serapo LPKK H Zailani Idris, Tenggarong.
Dalam acara yang dihadiri kalangan seniman dan ratusan pelajar SLTA se-Tenggarong ini, menghadirkan sejumlah sastra lisan tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Kutai.
Bememang yang biasa ditampilkan dalam upacara adat suku Dayak Benuaq juga dihadirkan dalam Gelar Sastra Kutai 2007 Photo: Agri | | |
Jenis sastra lisan masyarakat Kutai yang disuguhkan tersebut adalah Tarsul, Bedandeng, Besyair, dan Beladon. Tak hanya itu, salah satu sastra lisan masyarakat suku Dayak Benuaq yakni Bememang pun turut dihadirkan dan mendapat apreasiasi yang cukup baik dari penonton.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana, Asmuni Effendi, kegiatan Gelar Sastra Kutai ini merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan Disparbud Kukar. "Gelar Sastra Kutai ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan melestarikan seni sastra di daerah ini yang terancam punah," ujarnya.
Sementara Kepala Disparbud Kukar H Basran Yunus dalam sambutan tertulis yang disampaikan Ketua Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK) H Syamsul Khaidir mengatakan, pihaknya menyambut gembira dan bangga atas dilaksanakannya Gelar Sastra Kutai 2007.
"Sebagaimana kita ketahui, sastra tradisional yang tumbuh dan berkembang di tanah Kutai ini begitu beraneka ragam jenis dan jumlahnya. Namun harus disadari, jika tidak kita jaga dan lestarikan maka seni tradisional ini akan semakin terpinggirkan oleh seni budaya lain yang masuk ke daerah kita," katanya.
Hamsyi Hamzah saat membawakan puisi bertajuk Otonomi Photo: Agri | | |
Remaja sebagai generasi penerus, lanjutnya, diharapkan dapat mengenali seni budaya asli di daerahnya. "Merupakan tugas dan kewajiban kita untuk mengenalkan itu semua, dengan harapan agar sastra tradisional semakin diakui dan tetap lestari," ujarnya lagi.
Ditambahkannya, seni budaya daerah sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan. "Karena keberadaannya merupakan modal dasar dalam mendukung pengembangan kepariwisataan yang saat ini sedang digalakkan di Kukar," demikian sambutan Kepala Disparbud sebagaimana dituturkan Syamsul Khaidir.
Kegiatan Gelar Sastra Kutai 2007 juga dimeriahkan dengan dramatisasi puisi oleh puluhan pelajar SMAN 1 Tenggarong yang tergabung dalam Teater Wahana. Selain itu, beberapa seniman sastra di Kukar turut tampil di atas pentas untuk membacakan cerpen maupun puisi.
Di antaranya adalah Sukardi Wahyudi dengan pembacaan cerpen bertajuk Sang Tokoh, kemudian pembacaan puisi oleh Imam S Bowo, Zairin Zain, Taufik Hidayat, Hamsyi Hamzah, Hoesin KH dan Ronny Artha. (win)
|