Banjir Belum Surut, Warga Tak Mampu Hanya Dapat Pasrah
Keadaan rumah nek Hamsinah yang telah terendam air pasang luapan sungai Mahakam Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 25/04/2005 22:42 WITA
Sambil memegangi ujung kain diatas lututnya, nek Hamsinah (78) dengan berhati-hati melangkahkan kaki menyibak air setinggi lutut yang telah merendam seluruh isi rumahnya yang terletak ditengah-tengah kawasan Tanjong, Kelurahan Panji, Tenggarong.
Seluruh perabot tua miliknya kini telah terendam air akibat luapan sungai Mahakam. Beberapa bahan pangan telah diamankan diatas rak maupun lemari. Sementara barang-barang sandang diletakkan bertumpuk-tumpuk diatas sebuah dipan tempat tidurnya.
Bagi nek Hamsinah dan ratusan warga Tanjong lainnya, banjir telah menjadi bagian dari kehidupan mereka selama bertahun-tahun menetap di kawasan kumuh dan padat penduduk yang terletak di bantaran sungai Mahakam dan sungai Tenggarong tersebut.
Nek Hamsinah hanya dapat pasrah menghadapi banjir yang belum juga surut hingga saat ini Photo: Agri | | |
Namun banjir yang melanda kali ini terhitung cukup parah, sehari air pasang yang merendam rumah mereka dapat terjadi pada siang maupun malam hari. Selain itu, debit air Mahakam hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda menyurut selama hampir 2 pekan ini. Malah luapan air sungai semakin meninggi seperti yang terjadi pada Senin (25/04) siang.
Bagi nek Hamsinah, dirinya hanya dapat pasrah menghadapi banjir kali ini yang diperkirakan masih akan terus bertahan hingga 1-2 pekan mendatang. "Saya pasrah saja, mau bagaimana lagi karena rumah saya ini memang begini adanya. Sejak dulu tidak pernah ditinggikan, jadi kalau sudah banjir datang pasti duluan terendam," tuturnya sambil duduk diatas dipan yang baru saja ditinggikan.
Nek Hamsinah yang telah lebih dari 30 tahun bermukim di Tanjong mengaku tidak memiliki uang banyak untuk memperbaiki rumah apalagi pindah dari Tanjong untuk membangun rumah baru. Di usianya yang sudah tua serta hidup sebatang kara tersebut, nek Hamsinah hanya dapat berharap dari Sumbangan Warga Tidak Mampu (SWTM) yang dikucurkan Pemkab Kukar setiap beberapa bulan.
Nek Hamsinah hanyalah sebuah potret warga ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara yang masih hidup dalam garis kemiskinan. Terlebih di pedalaman, masih banyak lagi warga tak mampu yang hidup apa adanya dan hanya dapat pasrah menghadapi musibah banjir yang cukup parah ini. Perhatian Pemkab Kukar serta uluran tangan para dermawan tentunya sangat berarti bagi mereka. (win/nop)
|