Rayakan Hari Jadi ke-14, Bintek Ajak Menengok Masa Lalu Sebelum pementasan, Bintek mengajak penonton untuk menyaksikan sajian kesenian tingkilan, serta peragaan pengrajin anjat dan nelayan sungai Mahakam Photo: Agri
Aksi para pemain cilik dalam pementasan bertajuk Pertentangan Duniaku Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 12/08/2007 11:13 WITA
Ada sesuatu yang unik menandai hari jadi Bina Teater Kutai (Bintek) yang ke-14, Jum'at (10/08) malam, di Tenggarong. Sebelum menggelar pementasan teater, Bintek mengajak para undangan untuk sejenak 'kembali' ke masa lalu, ke era Kutai Tempo Doeloe.
Kembali ke Kutai Tempo Doeloe bersama Bintek bukanlah sebuah perjalanan menerobos waktu. Melainkan, melalui peragaan keseharaian masyarakat Kutai di masa lalu yang bersahaja. Sedikitnya ada 3 bentuk peragaan yang ditampilkan di sekitar halaman Musem Mulawarman tersebut.
Peragaan pertama berupa pertunjukan kesenian tingkilan dan tari Jepen yang dibawakan kelompok Karya Budi pimpinan H Amran alias pak Boyon. Karena temanya kembali ke masa lalu, maka tidak ada listrik atau pun sound system canggih. Yang ada hanya sejumlah pelita untuk menerangi penampilan hiburan asli Kutai tersebut.
Selepas menyaksikan kesenian rakyat Kutai, para undangan diajak menuju 'pos' berikutnya untuk menyaksikan peragaan seorang pengrajin lanjong dan anjat. Kemudian, di pos ketiga, undangan diajak memperhatikan peragaan seorang nelayan menyiapkan jaring atau jala, berikut peralatan menangkap ikan lainnya.
Salah satu adegan dalam pementasan bertajuk Jera yang disutradarai Husni Mubarak Photo: Agri | | |
Setelah itu, baru lah undangan yang kebanyakan adalah para pelajar SD hingga SLTA, serta keluarga dari para anggota Bintek, diajak memasuki gedung Serapo LPKK H Zailani Idris untuk menyaksikan acara pokok perayaan HUT Bintek ke-14 berupa pementasan teater.
Sambil menanti pementasan teater oleh anak-anak binaan Bintek Tenggarong, para penonton terlebih dahulu menikmati aneka macam jajanan khas Kutai yang disediakan. Untuk memperoleh jajanan tersebut, para penonton harus menukarkan potongan kupon yang telah diberikan panitia secara gratis saat memasuki gedung.
Tak pelak 'dagangan' para penjaja kue yang tak lain adalah para penari anggota Bintek, laris manis diserbu ratusan penonton yang tergiur melihat beraneka macam kue tersebut. Tak hanya anak-anak, para orangtua anggota Bintek, praktisi seni, serta Petinggi Pore Sempekat Keroan Kutai Ir H Awang Yacoub Luthman MM pun tampak asyik menikmati jajanan yang disediakan.
"Memperingati hari jadi Bintek yang ke-14, sengaja kami angkat tema Kutai Tempo Doeloe, untuk mengenang dan meningkatkan kepedulian terhadap nilai-nilai masa lalu yang harus ditanamkan sebagai akar seni budaya kita," ujar pembina dan pendiri Bintek, Drs H Syamsul Khaidir MMPd saat memberikan sambutannya.
Pembina Bintek H Syamsul Khaidir di tengah serbuan para penonton cilik yang ingin menyaksikan pementasan teater dalam rangka HUT Bintek ke-14 (atas). Beraneka macam jajanan khas Kutai laris manis diserbu penonton (bawah) Photo: Agri | | |
Ditambahkannya, kita harus menghargai kesenian asli warisan masa lalu dan berkewajiban untuk terus melestarikannya. "Kesenian masa lalu merupakan akar yang kuat bagi kita yang patut dipertahankan jika kita tidak ingin kehilangan muka dari daerah lain," cetus Khaidir yang juga Ketua Lembaga Pembinaan Kebudayan Kutai (LPKK).
"Di era globalisasi saat ini, banyak budaya luar yang masuk ke daerah kita. Sementara budaya kita sendiri malah kurang tergali dengan baik. Inilah yang menjadi bahan renungan dan intropeksi sehingga kita perlu menoleh ke masa lalu," imbuhnya.
Sebagai acara pokok, dua pementasan teater pun disuguhkan ke hadapan ratusan penonton yang memadati Serapo LPKK. Pementasan pertama bertajuk Pertentangan Duniaku yang disutradarai oleh Harfiansyah.
Sementara sebagai pementasan pamungkas adalah repertoar bertajuk Jera yang disutradarai oleh Husni Mubarak SSn. Yang menarik, kedua pementasan tersebut dimainkan anak-anak binaan Bintek Tenggarong yang rata-rata masih duduk di bangku SD dan SLTP.
Kendati usia mereka masih belia, aksi para pemeran cilik ini tidak kalah hebat dari para senior mereka. Kedua garapan teater bergaya komedi tersebut mampu membuat ratusan penonton terhibur. Tak jarang para penonton tertawa geli melihat aksi bocah-bocah itu.
Selain diisi dengan pementasan teater, perayaan hari jadi kelompok teater yang berdiri pada 26 Juli 1993 itu juga ditandai dengan sajian tari, nyanyian serta pembacaan puisi yang dibawakan para anggota Bintek Tenggarong. (win)
|