Semburan Gas di Blok Mahakam Total E&P Indonesie Diminta Beri Kompensasi Kepada Nelayan
Bupati Kukar Rita Widyasari berharap agar Total E&P Indonesie memperhatikan kompensasi bagi nelayan yang tak dapat melaut akibat penutupan jalur di sekitar rig Raissa Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 14/11/2013 17:42 WITA
Semburan gas di sumur TN-C414 yang berada di sekitar rig Raissa, lepas pantai Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), mendapat perhatian serius dari Bupati Kukar Rita Widyasari.
Pasalnya, insiden semburan ringan gas dangkal itu berdampak pada terhentinya aktivitas ratusan nelayan setempat, khususnya warga nelayan dusun Benati, desa Sepatin, yang dilarang melintasi kawasan rig Raissa.
Bupati Rita Widyasari pun meminta kepada Total E&P Indonesie selaku operator Blok Mahakam untuk memperhatikan kompensasi bagi masyarakat nelayan yang terkena dampak penutupan akses menuju laut lepas itu.
"Saya juga meminta kepada Total untuk secara periodik melaporkan perkembangan proses perbaikan itu kepada saya," kata Rita usai menerima manajemen Total E&P Indonesie di Tenggarong, Rabu (13/11) kemarin.
Dari keterangan pihak Total E&P Indonesie, lanjut Rita, akan dilakukan perbaikan terhadap rig Raissa yang diperkirakan akan memakan waktu selama 1 hingga 2 bulan.
"Jadi selama perbaikan itu, pekerjaan atau produksi dihentikan. Nah, sejak terjadinya insiden ini hingga perbaikan, yang menjadi masalah saat ini adalah akses nelayan ditutup. Sehingga saya minta mereka untuk memikirkan itu dengan seksama," kata Rita lagi.
Sekedar informasi, kebocoran gas di lapangan gas Tunu ini terjadi pada Jumat (08/11) pekan lalu sekitar pukul 23.45 WITA. Saat itu, sebuah sumur yang tengah dibor di sekitar rig Raissa itu tiba-tiba menyemburkan gas yang berasal dari reservoir dangkal. Akibat insiden itu, seluruh pekerja di rig Raissa dievakuasi ke fasilitas akomodasi terdekat.
"Dari informasi mereka (Total E&P Indonesie-red), rig Raissa saat ini mengalami kemiringan hingga 35 derajat, namun tidak sampai tenggelam. Kata mereka, itu masih aman. Kemiringan itu disebabkan adanya semburan tanah liat yang ada di dasar laut naik, sehingga memberatkan rig," demikian kata Rita. (win)
|