Peringati Hari Pusaka Dunia Pegawai DCKTR Kukar Kunjungi Kawasan Bersejarah Para pegawai Bidang Tata Ruang di DCKTR Kukar saat berkunjung ke kompleks Museum Mulawarman, Tenggarong, pada peringatan Hari Pusaka Dunia, Kamis (18/04) pekan lalu Photo: Dok. Dinas Cipta Karya Kukar
Beberapa pegawai DCKTR Kukar saat berada di bekas benteng di Kelurahan Mangkurawang, Tenggarong Photo: Dok. Dinas Cipta Karya Kukar
|
KutaiKartanegara.com - 23/04/2013 14:34 WITA
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa tanggal 18 April diperingati sebagai World Heritage Day atau Hari Pusaka Dunia yang telah dicanangkan badan dunia UNESCO sejak tahun 1983 silam.
Untuk mengenal lebih dekat pusaka yang berada di Kutai Kartanegara (Kukar), puluhan pegawai Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Kukar, terutama staf di Bidang Tata Ruang, melakukan kunjungan ke sejumlah bangunan dan situs bersejarah pada Kamis (18/04) lalu.
Ada 9 titik di Kecamatan Tenggarong dan Loa Kulu yang mereka kunjungi yakni Museum Mulawarman, Monumen Titik Nol di depan Museum Mulawarman, Masjid Jami Hasanuddin, bekas benteng di Mangkurawang, 2 rumah kuno di Tenggarong.
Sedangkan di Loa Kulu, rombongan yang dipimpin Kabid Tata Ruang H Maman Setiawan ini berkunjung ke sebuah bangunan peninggalan Belanda, tugu peringatan peristiwa pembantaian rakyat oleh tentara Jepang serta sebuah bekas benteng.
Pimpinan dan staf Bidang Tata Ruang DCKTR Kukar saat berada di Masjid Jami' Hasanuddin Photo: Dok. Dinas Cipta Karya Kukar
Sebuah benteng pertahanan di atas bukit di Loa Kulu yang masih bertahan hingga saat ini Photo: Dok. Dinas Cipta Karya Kukar | | |
"Kegiatan ini kami gelar dalam rangka memperingati Hari Pusaka Dunia, sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan pusaka dari keterlantaran, kehancuran hingga kepunahan," kata H Maman Setiawan, selaku penggagas kegiatan.
Menurut Maman, cagar budaya berupa benda, bangunan,struktur, situs, dan kawasan bersejarah perlu dikelola oleh pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah. "Caranya dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya," imbuhnya.
Ditambahkannya, pusaka adalah peninggalan masa lalu yang bernilai sejarah. "Didalamnya mengandung kualitas pemikiran, rencana dan pembuatannya, serta memiliki peran yang sangat penting bagi keberlanjutan hidup manusia," kata Maman.
Oleh karena itu, lanjut Maman, kawasan pusaka yang ada di Kukar perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional.
"Dengan adanya perubahan paradigma tentang pelestarian cagar budaya, maka diperlukan keseimbangan aspek ideologis, akademis, ekologis, dan ekonomis yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat," pungkasnya. (win)
|