Dari Raker Evaluasi Pilkada 2010 Faktor Pekerjaan dan Apatisme Masyarakat Sebabkan Golput Tinggi
Sultan Kutai H Adji Mohd Salehoeddin II saat menyalurkan suaranya pada Pilkada Kukar 1 Mei 2010. Dalam Pilkada Kukar tahun ini, partisipasi pemilih mencapai 65,6%, sedangkan sisanya golput Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 21/06/2010 21:18 WITA
Jumlah golongan putih (golput) alias pemilih yang tak menggunakan hak suaranya pada Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) Kutai Kartanegara (Kukar) 2010 boleh dibilang cukup tinggi.
Dari 431.738 warga yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), sebanyak 34,4% atau 148.549 pemilih tidak ikut mencoblos pada Pilkada yang digelar pada 1 Mei 2010 tersebut.
Dari rapat kerja evaluasi Pilkada 2010 yang dilakukan KPU Kukar Sabtu (19/06) lalu, sejumlah Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) mengakui ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya golput, mulai dari faktor pekerjaan, cuaca, alam hingga sikap apatis masyarakat.
"Di Kecamatan Loa Janan jumlah golput mencapai 36%. Setelah kami analisa masalahnya, ternyata banyak pemilih yang saat itu bekerja di Samarinda. Ini dapat dimaklumi karena wilayah Loa Janan yang berbatasan langsung dengan Samarinda. Karena tidak ada dispensasi, warga akhirnya tetap memilih bekerja daripada ikut mencoblos," ujar Ketua PPK Loa Janan, H Arliansyah.
Senada dengan Arliansyah, Sekretaris PPK Kecamatan Muara Jawa Ahmad Junaidi memaparkan tingginya golput di Muara Jawa yang mencapai 39,29% dikarenakan faktor pekerjaan dari para pemilih yang kebanyakan adalah nelayan. "Kebetulan waktu itu bersamaan dengan masa panen ikan di wilayah pesisir, sehingga banyak yang golput pada saat pencoblosan," terangnya.
Sementara Sekretaris PPK Muara Kaman, Izhar Noor, menyebutkan faktor alam sebagai penyebab terjadinya golput yang mencapai 32%. "Pada saat Pilkada, sebagian wilayah terkena banjir sehingga menyebabkan warga enggan pergi ke TPS," paparnya.
Berbeda halnya dengan Kecamatan Sanga-Sanga yang mencatat persentase golput tertinggi yakni mencapai 46,44%. Ketua PPK Sanga-Sanga Ardiansyah Darjat menilai masyarakat telah apatis dan jenuh dengan pelaksanaan Pemilu yang berlangsung di Kaltim selama 3 tahun terakhir.
"Padahal kami telah berusaha maksimal untuk menyosialisasikan Pilkada 2010, namun tampaknya masyarakat sudah jenuh. Dan kita tidak bisa memaksakan kepada mereka untuk memilih atau tidak," kata Ardiansyah.
Ardiansyah justru mengharapkan peran dari masing-masing tim sukses untuk berperan aktif mendorong masyarakat untuk datang ke TPS dan menyalurkan hak pilihnya. (win)
|