Dialog Budaya di Unikarta Bahas Penyelamatan Warisan Budaya Kutai
Para peserta dialog secara silih berganti mengungkapkan gagasannya terkait upaya pelestarian budaya Kutai Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 01/09/2008 16:26 WITA
Berbagai kiat dan langkah-langkah yang mesti dilakukan guna melestarikan budaya Kutai, menjadi bahan perbincangan menarik dalam Dialog Budaya yang digelar di kampus Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), Tenggarong, Sabtu (30/08) lalu.
Gagasan demi gagasan pun bermunculan dari para peserta pada acara bincang-bincang yang digagas Pusat Studi Sejarah Kebudayaan & Pariwisata (PSSKP) Unikarta itu.
Mulai dari usulan mendirikan sebuah museum atau perkampungan Kutai, memasukkan bahasa Kutai dan tari Jepen jadi muatan lokal di sekolah-sekolah, hingga pembuatan Peraturan Daerah (Perda) guna mempertahankan warisan budaya Kutai.
Kegiatan Dialog Budaya bertajuk Menyelamatkan Warisan Kebudayaan Kutai ini dimeriahkan pula dengan Gelar Seni yang menyuguhkan tari Jepen dan atraksi Bekuntaw. Selain itu, ada pula Pameran Arsitektur Kutai yang menampilkan foto-foto rumah kuno khas Kutai yang masih bertahan di daerah ini.
"Saya sedih melihat banyak rumah-rumah tuha (tua-red) di daerah kita yang semakin berkurang dan hampir roboh. Padahal rumah-rumah tuha itu sangat cocok untuk kita bermain musik tingkilan, menari Jepen, memainkan hadrah atau betarsul," ujar H Amran (70), seniman sepuh Kutai yang akrab disapa pak Boyon.
Pak Boyon alias H Amran ikut sumbang saran dalam Dialog Budaya garapan PSSKP Unikarta Photo: Agri | | |
Senada dengan pak Boyon, seniman Tri Andi Yuniarso pun mengaku sangat prihatin dengan semakin langkanya rumah-rumah lama khas Kutai lantaran telah dirobohkan dan berganti dengan bangunan baru.
Andi sangat berharap adanya komitmen dari pemerintah daerah untuk mempertahankan warisan arsitektur Kutai, misalnya dengan membeli salah satu rumah tua untuk dijadikan museum atau cagar bidaya.
"Lewat museum itu bisa disajikan berbagai macam peralatan pertanian, peralatan rumah tangga atau peralatan dapur khas Kutai yang kini sudah jarang digunakan masyarakat," ujarnya.
Lain lagi pendapat Syaiful Anwar dari Sempekat Keroan Kutai Kecamatan Loa Kulu. Menurut Syaiful, salah satu warisan budaya Kutai yang patut terus dipertahankan adalah pesta adat Erau.
Karena menurutnya, lewat Erau itulah seluruh warisan seni budaya Kutai kembali hadir dan tetap lestari di tengah-tengah masyarakat. "Jadi saya mengusulkan agar Erau itu dibuatkan Perdanya," tegas Syaiful Anwar.
Menanggapi hal itu, Ketua Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK) H Syamsul Khaidir mengakui bahwa upaya pelestarian warisan budaya memang patut mendapat dukungan dari eksekutif dan legislatif.
Hamsyi Hamzah selaku moderator mengendalikan jalannya Dialog Budaya yang berlangsung hangat itu Photo: Agri | | |
"LPKK sebagai lembaga bentukan pemerintah daerah terus berupaya untuk melakukan pembinaan terhadap seluruh potensi seni budaya di daerah ini. Dalam waktu dekat, kami akan turun ke 18 kecamatan untuk menggali dan memetakan seluruh potensi seni budaya di daerah ini yang patut dilestarikan," ujarnya.
Sementara Anggota DPRD Kukar Marwan memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan Dialog Budaya serta gagasan yang telah disampaikan oleh berbagai pihak terkait upaya melestarikan warisan budaya Kutai.
"Yang penting harus kita rumuskan dulu, apa saja yang harus dilestarikan, kemudian siapa yang akan melestarikan dan kapan akan dilestarikan. Itu perlu dilakukan jika kita ingin menuangkannya dalam sebuah peraturan," katanya.
Kegiatan Dialog Budaya yang dimoderatori Hamsyi Hamzah ini berlangsung selama kurang lebih dua jam. Selain dihadiri Anggota DPRD Kukar, acara ini juga diikuti kalangan akademisi, mahasiswa, guru, serta sejumlah praktisi seni di Kukar.
"Sebenarnya kegiatan ini sudah dirancang sejak 3 tahun lalu. Namun baru dilaksanakan sekarang untuk menandai hari jadi PSSKP Unikarta yang ke-3," ujar Ketua PSSKP Unikarta, Awang Rifani.
Lewat dialog budaya yang mengundang para pelaku tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mulai peduli memikirkan upaya melestarikan budaya Kutai yang terancam punah. (win)
|