Para pengurus POPA
Kukar dan Jayne Blakemore dari Selandia Baru berpose bersama Bupati H Syaukani HR
Photo: PMAG Kaltim / Desi Irianti
KutaiKartanegara.com 23/06/04 19:59 WITA
Kendati baru seumur jagung,
organisasi Persatuan Orangtua Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (POPA) telah mendapat
dukungan penuh dari Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Drs H Syaukani HR MM.
Dukungan tersebut diungkap Bupati Kukar H
Syaukani HR saat menerima pengurus POPA Kukar yang dipimpin Ir Didi Ramyadi MM, Jayne
Blakemore dari Inclusion International, Desi Irianti dari PMAG (Parent Mobilization Action
Group) Kaltim didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kukar Drs HM Idrus SY, di Pendopo Odah
Etam, Tenggarong, tadi siang.
Menurut Bupati Syaukani, keberadaan POPA
Kukar menjadi sangat penting dan strategis dalam mendukung salah satu dari 3 sasaran pokok
program Gerbang Dayaku (Gerakan Pengembangan dan Pemberdayaan Kutai) yakni peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Kukar.
Dikatakan Ketua POPA Kukar Ir Didi
Ramyadi MM, organisasi yang dipimpinnya saat ini merupakan organisasi yang mewadahi para
orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, terutama anak terbelakang mental.
Menurutnya, saat ini baru tercatat 82
orang anak berkebutuhan khusus di Kukar yang menempuh pendidikan luar biasa. "Mereka
terdiri dari 60 orang tingkat SD, 16 orang tingkat SLTP dan 6 orang tingkat SLTA,"
ujar Didi Ramyadi.
Ia berharap agar semakin banyak anak
berkebutuhan khusus yang terdata dan mendapatkan pendidikan luar biasa. "Karena
mereka juga memiliki hak yang sama seperti anak-anak normal lainnya dan bahkan mereka
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Hanya saja selama ini mereka kurang mendapat
perhatian dari keluarga dan lingkungannya, sehingga penderitaan mereka semakin
berkepanjangan," kata Didi Ramyadi.
Menurut Didi, sedikitnya jumlah anak
berkebutuhan khusus yang terdata akibat rendahnya kesadaran orangtua untuk melaporkan
kondisi anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. Oleh karena itu pihaknya akan terus
melakukan sosialisasi POPA untuk memberikan pemahaman kepada orangtua agar terus melakukan
pembinaan terhadap anak berkebutuhan khusus.
"Akhir Juli mendatang, kami kembali
akan melakukan sosialisasi POPA dengan mengundang institusi pemerintah, pendidikan, swasta
dan masyarakat," demikian kata Ir Didi Ramyadi MM.
Sementara itu, menurut Jayne Blakemore
dari LSM Inclusion International, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa
rata-rata setiap negara di dunia memiliki anak berkebutuhan khusus sebanyak 10% dari
jumlah penduduknya.
"Institusi kami berkepentingan untuk
membantu negara-negara berkembang dalam menangani dan membina anak-anak berkebutuhan
khusus ini," ujar wanita asal Selandia Baru ini. Ditambahkan Jayne, pihaknya juga
telah melakukan hal yang sama di sejumlah negara lainnya selain Indonesia seperti
Filipina, Rumania, India, Samoa dan Kiribati. Khusus di Indonesia, lanjut Jayne, pihaknya
menjadikan provinsi Kaltim sebagai proyek percontohan dalam pembinaan anak berkebutuhan
khusus.
Senada dengan Jayne, Koordinator Program
PMAG Kaltim Desi Irianti mengatakan, dengan dukungan dari Inclusion International akhirnya
didirikanlah PMAG Kaltim pada tahun 2003 yang berbasis di kota Bontang.
"Dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukan PMAG Kaltim kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan POPA di sejumlah
Kabupaten/Kota di Kaltim," ujar Desi seraya menambahkan beberapa POPA yang telah
terbentuk diantaranya adalah di Samarinda, Balikpapan, Bontang, Tarakan, Kukar dan Kutai
Timur.
Dalam kesempatan bertemu dengan Bupati
Kukar tadi siang, Jayne Blakemore mengundang Bupati H Syaukani HR untuk meninjau langsung
pusat penanganan anak berkebutuhan khusus di kota Christchurch, Selandia Baru, pada bulan
Oktober mendatang. (win/joe)
Baca Juga:
Wadah Komunikasi Orangtua Penyandang Cacat Mental Disosialisasikan (18/06/04) |